Memahami Siklus Menstruasi yang Dialami Oleh Para Wanita

Siklus menstruasi dialami wanita yang telah melalui masa pubertas. Fase menstruasi tersebut melewati beberapa tahap dalam organ reproduksi wanita, yang diawali dari penciptaan sel telur sampai dengan keluarnya dari dalam rahim.

Periode menstrusi yang dialami oleh para wanita adalah perubahan natural yang berlangsung di dalam organ reprodusi mereka tiap bulan. Menstruasi berlangsung saat endometrium atau dikenal dengan dinding rahim maupun sel telur yang tak dibuahi terlepas keluar dari dalam vagina.

Lalu, bagaimana siklus menstruasi yang baik? Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas lebih jauh tentang siklus menstruasi. Jadi, tetap simak artikel ini sampai habis, Grameds.

Bagaimana Menstruasi Bisa Terjadi?

Menstruasi diawali dengan terlepasnya lapisan yang berada di dinding rahim hingga menimbulkan perdarahan yang keluar dari dalam vagina. Namun sampai hal ini terjadi, ada proses yang harus dilewati terlebih dulu. Ovarium atau indung telur awalnya akan meluruhkan sel telur, yang selanjutnya menempel di dinding rahim–menunggui jika dibuahi oleh sperma.

Sembari menunggu kedatangan sperma, jaringan dinding rahim akan terus menebal untuk mempersiapkan diri menghadapi kehamilan. Jika ada sel sperma yang masuk, sel telur bisa dibuahi untuk kemudian berkembang menjadi bakal janin.

Namun, jaringan yang berada di dinding rahim itu akan meluruh dan keluar melalui vagina jika sel telur tidak juga dibuahi. Proses ini akan kembali terulang lagi dari awal setelah menstruasi kalian selesai.

Jalannya proses menstruasi sejak awal hingga akhir itu disebut sebagai “siklus menstruasi”. Para wanita tidak mempunyai siklus menstruasi yang sama, ada yang teratur atau normal, begitupun sebaliknya. Siklus menstruasi  tiap wanita berbeda-beda dan biasanya terjadi antara 21–35 hari.  Namun, sebagian besar wanita mempunyai siklus menstruasi selama 28 hari.

Hormon yang Memengaruhi Fase dalam Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi secara umum dapat dibagi menjadi beberapa tahap yang terkena pengaruh lima tipe hormon di dalam tubuhnya, yaitu:

1. Hormon Estrogen

Hormon yang dibuat di dalam ovarium tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting, khususnya ketika berlangsung proses ovulasi. Tidak hanya itu, hormon itu juga memiliki peran dalam peralihan tubuh para remaja ketika pubertas, serta berperan dalam penciptaan kembali lapisan rahim setelah selesai periode menstruasi.

2. Hormon Progesteron

Hormon tersebut juga dibuat di dalam ovarium dan memiliki peran dalam proses penguatan dinding rahim. Hormon ini melakukan kolaborasi dengan hormon estrogen untuk menjaga periode reproduksi dan melindungi kehamilan.

3. Hormon Perangsang Folikel

Hormon ini berfungsi untuk mematangkan sel telur di dalam ovarium hingga siap untuk dilepaskan. Hormon folikel diproduksi di kelenjar pituitari yang terletak di bagian bawah otak.

4. Hormon Pelutein

Sama halnya dengan hormon folikel, hormon ini juga dibuat di dalam kelenjar pituitari yang memiliki fungsi sebagai perangsang ovarium ketika berlangsung proses peluruhan sel telur.

5. Hormon Pelepas Gonadotropin

Hormon ini dibuat di dalam otak dan berfungsi memberikan rangsangan di dalam tubuh untuk memproduksi hormon pelutein dan hormon perangsang folikel yang berpengaruh dalam fase kematangan dan peluruhan sel telur.

Fase dalam Siklus Menstruasi

Umumnya, terdapat tiga tahap dalam siklus menstruasi, yaitu menstruasi, praovulasi dan ovulasi, serta pramenstruasi. Berikut ini penjelasannya.

Fase I: Menstruasi

Fase menstruasi terjadi selama 3–7 hari. Pada tahap tersebut, struktur dinding rahim maupun sel telur akan berubah menjadi darah menstruasi. Intensitas darah yang keluar ketika menstruasi biasanya sekitar 30–40 ml. Darah yang keluar itu akan semakin meningkat pada tiga hari awal. Para wanita sering kali akan mengalami nyeri dan kram di perut, punggung, dan panggul. Keadaan itu disebabkan kontraksi rahim yang dialami akibat adanya pertambahan hormon prostaglandin saat menstruasi.

Kontraksi yang terjadi selama menstruasi sebenarnya berfungsi untuk mendorong dan mengeluarkan lapisan dinding rahim yang luruh menjadi darah menstruasi, meskipun memicu rasa sakit. Para wanita yang sedang menstruasi juga dapat merasakan berbagai gejala lainnya, misalnya perubahan suasana hati, nafsu makan, dan sakit kepala.

Fase II: Praovulasi dan Ovulasi

Ketika tahap praovulasi berlangsung, struktur dinding rahim yang telah luruh akan kembali tebal. Proses ini bertujuan untuk mempersiapkan rahim supaya dapat didiami oleh sel telur apabila terjadi pembenihan oleh sperma. Tahap ini dapat berlangsung ketika ovulasi atau masa subur.

Ketika berlangsung ovulasi, folikel yang menonjol akan terpecah dan mengeluarkan sel telur, selanjutnya berpindah ke rahim melewati tuba falopi. Sel telur itu bisa dibuahi sampai dengan 24 jam setelah selesai dikeluarkan. Untuk menjamin keberhasilan program membuat anak, ada baiknya kalian melakukan hubungan intim dengan pasangan pada fase ini atau menjelangnya, sebab masa ovulasi adalah waktu terbaik yang memungkinkan terjadinya pembuahan. Selain itu, sperma dapat bertahan kurang lebih selama 3–5 hari di dalam rahim.

Biasanya, waktu subur wanita akan berlangsung selama 14 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir. Namun demikian, perkiraan masa ovulasi tiap wanita tidaklah sama. Kurun waktu ovulasi terkadang dapat berubah dan hal tersebut sering kali dialami para wanta dengan siklus mestruasi yang tak teratur.

Fase III: Pramenstruasi

Pada fase ini, lapisan dinding rahim makin menebal. Hal tersebut disebabkan folikel yang terpecah dan mengeluarkan sel telur yang akan membentuk korpus luteum. Korpus luteum merupakan suatu jaringan yang terbentuk di dalam ovarium dan berfungsi dalam proses produksi hormon progesteron yang menyebabkan struktur dinding rahim menebal.

Jika tidak terjadi pembuahan, kalian akan mulai merasakan gejala pramenstruasi atau PMS, seperti emosi tidak stabil dan perubahan kondisi fisik, seperti nyeri di payudara, pusing, cepat lelah, atau perut kembung. Selain berbagai gejala itu, korpus luteum juga akan melakukan perubahan dan selesai membuat hormon progesteron. Apabila tidak terjadi proses pembuahan, kandungan estrogen dan progesteron akan berkurang, struktur lapisan dinding rahim juga turut meluruh sampai berubah menjadi darah menstruasi.

Fase-fase di atas normalnya berlangsung secara teratur setiap bulannya. Namun, jika kalian mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, menstruasi lebih dari tujuh hari, atau tidak mengalami menstruasi selama tiga bulan secara berturut-turut, sebaiknya konsultasikan ke dokter agar dapat diperiksa dan ditangani dengan tepat.

Siklus Haid Normal

Siklus menstruasi terhitung sejak hari kesatu menstruasi sampai dengan hari selanjutnya, tetapi setiap wanita tidak memiliki siklus yang sama. Menstruasi umumnya bisa terjadi tiap 21–35 hari dan berjalan selama 2–7 hari. Selama beberapa tahun awal menstruasi, seorang wanita kemungkinan akan menjalani siklus menstruasi yang relatif lama. Namun, siklus ini condong semakin pendek dan semakin teratur dengan menambahnya usia sang wanita.

Siklus menstruasi yang normal dapat ditandai dengan jangka waktu yang sama tiap bulan. Selain itu, menstruasi dapat menyebabkan nyeri yang ringan maupun berat, bahkan tanpa mengalami kesakitan. Semua hal itu dapat disebut normal jika para wanita mengalami menstruasi tiap bulan dengan siklus 21–35 hari. Namun demikian, siklus itu kemungkinan akan tidak teratur ketika mendekati masa menopause.

Baca Juga :  Eritrosit Rendah: Penyebab, Efek, dan Cara Mengatasinya

Waspada Siklus Haid yang Tidak Normal

Mayoritas wanita menjalani proses menstruasi dengan waktu 4–7 hari. Menstruasi yang dialami wanita sering berlangsung tiap 28 hari, tetapi siklus yang teratur kira-kira 21–35 hari. Siklus menstruasi yang tidak teratur sering kali memiliki tanda-tanda sebagai berikut.

  • Siklus menstruasi berlangsung lebih dari 35 hari atau kurang dari 21 hari.
  • Melewatkan tiga atau lebih siklus menstruasi berturut-turut.
  • Sirkulasi menstruasi lebih ringan atau lebih berat dibandingkan dengan biasanya.
  • Kurun waktu menstruasi berlangsung selama lebih dari tujuh hari.
  • Menstruasi diiringi dengan kram, nyeri, mual, dan muntah.
  • Mengalami perdarahan maupun bercak di luar siklus setelah berhubungan badan maupun menopause.

Siklus haid tidak normal yang telah disebutkan di atas dapat menunjukkan adanya suatu gangguan menstruasi berikut ini.

  • Amenore, yaitu keadaan saat wanita berhenti mengalami menstruasi sama sekali. Seorang wanita yang tidak mengalami menstruasi dalam kurun waktu 90 hari atau lebih dapat dianggap tidak normal, kecuali mereka sedang hamil, menyusui, atau menopause. Seorang remaja wanita yang belum mengalami menstruasi ketika berusia 15–17 tahun, meskipun buah dadanya semakin berkembang, juga dapat disebut mengalami amenore.
  • Oligomenore, yaitu keadaan saat wanita jarang mengalami menstruasi.
  • Dismenore, yaitu keadaan saat wanita mengalami kram dan nyeri menstruasi yang sangat parah.
  • Perdarahan uterus yang tidak wajar bisa terjadi apabila sikluas menstruasi tidak teratur. Gejalanya bisa berupa cucuran menstruasi yang tinggi, kurun waktu lebih dari tujuh hari, dan perdarahan atau bercak di luar siklus setelah berhubungan intim atau setelah menopause.

Apakah kalian sudah tahu seberapa pentingnya mengetahui siklus menstruasi? Nah, tidak ada salahnya untuk melakukan pemeriksaan kepada dokter jika kamu mengalami siklus menstruasi yang tidak normal.