Contoh Bahan Kimia Sebagai Pembersih

Ketika tangan atau baju terkena kotoran berupa minyak atau bahan lain dapatkah menghilangkannya dengan cara menggosok-gosok dan membilas dengan air? Usaha itu tidak akan memberikan hasil yang memuaskan, karena tidak akan berhasil menghilangkan minyak yang menempel di tangan atau di baju dengan cara menggosok-gosok dan membilas dengan air. Pencucian dengan air saja, bahkan dengan penggosokan atau putaran mesin sekeras apapun, hanya akan menghilangkan sebagian saja bercak dan kotoran di pakain, karena kotoran dipakaian tidak larut dalam air. Air juga tidak memiliki kemampuan menahan kotoran yang telah lepas dari kain agar tetap berada di air (tersuspensi) dan tidak menempel lagi ke kain. Jadi apa yang harus dilakukan agar kotoran itu mau lepas dari pakaian?

Oleh karena itu diperlukan bahan kimia sebagai pembersih yang dapat membantu melepas kotoran dari tempatnya menempel dan kemudian menahan agar kotoran yang telah terlepas tetap tersuspensi. Bahan kimia yang dapat membantu proses pencucian atau pembersihan adalah sabun dan deterjen

Berikut beberapa contoh bahan kimia sebagai pembersih serta kandungan bahan kimia dari pembersih tersebut.

Sabun

Natrium palmilat, Natrium palm kernelate, Natrium palm stearat,

air, gliserin, Natrium klorida, dan parfum

Deterjen

Alkil benzen Sulfonat, penguat, anti redeposisi, bahan

pencemerlang dan pewangi

Sampo

Air, Natrium lauril eter sulfat, kokomidopropil betain dimetiko,

glikol distearat, Natrium klorida, fragrans, dan karbomer

Pasta gigi

Natrium monoflouroposfat, kalsium gliseroposfat

Bahan kimia penyusun bahan pembersih dibedakan atas bahan utama (bahan aktif) dan bahan tambahan (bahan aditif). Bahan aditif ditambahkan ke dalam bahan pembersih untuk memenuhi fungsi-fungsi sebagai penguat (builder), pelembut (pada pakaian), pewarnaan, pemberiaroma (pewangi), pengawet, pengental, dan medium (pelarut). Bahan aktif pada bahan pembersih berfungsi sebagai surfaktan

Surfaktan mempunyai kemampuan mengikat dan mengangkat kotoran. Dengan adanya surfaktan, maka lemak atau kotoran yang tadinya tidak dapat bercampur dengan air, kini dapat bercampur dengan air. Dengan demikian lemak atau kotoran dapat dilepaskan atau dihilangkan dari tempatnya menempel. 

Ketika kita menggunakan sabun untuk mencuci, sabun tersebut akan menghasilkan busa. Apakah jumlah busa mempengaruhi kualitas sabun? Banyaknya busa tidak berkaitan secara signifikan dengan daya bersih deterjen. Untuk kebanyakan kegunaan di rumah tangga, misalnya pencucian dengan jumlah air yang berlimpah, busa tidak memiliki peran yang penting. Keberadaan busa yang banyak merupakan faktor penting pada pencucian dengan jumlah air yang sedikit (misalnya pada pencucian karpet). Dalam pencucian dengan sedikit air, busa akan berperan untuk tetap “mengikat” partikel yang telah lepas dari kain yang dicuci, sehingga mencegah pengendapan kembali kotoran.

Baca Juga :  Laju Reaksi