Trikora atau Tri Komando Rakyat merupakan salah satu dari berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia pada masa lampau yang tercatat sebagai peristiwa bersejarah.
Hingga kini, peristiwa-peristiwa tersebut masih dikenang dan diperingati sebagai momen-momen penting dalam sejarah Indonesia.
Saat Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya di tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan tersebut seharusnya berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia.
Namun, pihak Belanda justru masih menganggap wilayah Papua Barat masih menjadi bagian dari Kerajaan Belanda.
Bahkan, Belanda hendak menjadikannya sebuah negara merdeka sendiri yang nantinya akan menjadi negara boneka. Inilah yang kemudian melatarbelakangi Soekarno mengeluarkan Tri Komando Rakyat
Pengertian TRIKORA
TRIKORA sendiri merupakan sebuah peristiwa konflik yang terjadi selama 2 tahun dalam rangka menguasai wilayah Papua Barat dan menggabungkannya kedalam pelukan Ibu Pertiwi.
Pemerintah Indonesia kala itu mengupayakan dengan berbagai cara agar Papua Barat bisa kembali menjadi bagian dari Negara Indonesia.
Upaya konfrontasi pada berbagai bidang pun terus dilakukan oleh Indonesia, bahkan upaya secara militer. Tidak hanya upaya konfrontasi, Indonesia pun berupaya dengan mencari dukungan dari negara-negara lain.
Hingga kemudian Belanda pun membentuk suatu dewan yang dikenal dengan dewan Papua.
Latar Belakang Peristiwa TRIKORA
Hal paling mendasar yang menjadi latar belakang terjadinya konflik TRIKORA ini adalah karena Belanda menolak menyerahkan kemerdekaan atas Papua Barat.
Padahal setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di tanggal 17 Agustus 1945, seharusnya semua wilayah Indonesia juga turut merdeka, termasuk Papua Barat.
Sayangnya, pada saat itu, Belanda masih menganggap Papua Barat adalah wilayah yang berada di bawah pemerintahan Kerajaan Belanda.
Pihak Belanda pun segera menyiapkan Papua Barat untuk menjadi negara merdeka, hingga paling lambat di tahun 1970.
Tentu saja pemerintah Indonesia menolak untuk melihat papua Barat dijadikan negara boneka Belanda. Hal inilah yang membuat wilayah Papua Barat menjadi diperebutkan oleh kedua negara tersebut.
Berbagai upaya dilakukan kedua pihak untuk mencapai kesepakatan, mulai dari melakukan perjanjian pada konferensi meja bundar (KMB) hingga membawa masalah ini ke komunitas Internasional.
Menanggapi hal ini, PBB mengeluarkan Piagam pasal 73E yang mengamanatkan bahwa Papua punya hak untuk merdeka.
Mendengar hal ini, Belanda langsung berstrategi dan mengundang Indonesia kedalam mahkamah Internasional untuk menyelesaikan permasalahan Papua.
Namun undangan ke Mahkamah Internasional ini ditolak oleh Indonesia, sehingga Belanda kemudian justru melakukan percepatan pembangunan di Papua untuk meningkatkan pengaruh mereka serta kemampuan kemerdekaan Papua.
Caranya adalah dengan membuat Akademi Angkatan Laut dan serta akademi tentara Papua.
Tidak tinggal diam, Indonesia juga mulai membentuk provinsi Irian Barat pada tanggal 17 Agustus tahun 1956 dengan Zainal Abidin Syah sebagai gubernur pertamanya.
Tujuan TRIKORA
Peristiwa TRIKORA terjadi dengan tujuan utama adalah untuk merebut wilayah Papua, yang kala itu dikenal sebagai Papua Barat, dari tangan Belanda.
Secara spesifik ada 3 tujuan dari peristiwa tri komando rakyat ini sebagaimana yang tertuang di dalam isi tri komando rakyat itu sendiri, yaitu
- Menggagalkan pembentukan negara boneka Papua Barat
- Mengembalikan Papua Barat sebagai bagian dari Indonesia
- Mempertahankan kesatuan dan kemerdekaan Indonesia
Agar kalian lebih paham mengenai ketiga tujuan diatas, akan dijelaskan secara lebih rinci dibawah ini
Menggagalkan Pembentukan Negara Boneka
Semenjak kemerdekaan, Irian Barat tidak sepenuhnya diserahkan kepada Negara Indonesia, padahal Papua Barat masih termasuk dalam wilayah Indonesia.
Belanda saat itu hendak membuat Papua Barat menjadi negara merdeka yang memperoleh kemerdekaannya dari kerajaan Belanda.
Inilah yang ditakutkan oleh pemerintah Indonesia. Jika Papua Barat berada di bawah Kerajaan Belanda, maka otomatis berada di bawah kontrol dari Belanda.
Ditambah lagi, ketika melihat aksi Indonesia dalam mencari dukungan dari negara lain atas Irian Barat, Belanda secara terang-terangan membentuk Dewan Belanda.
Dewan inilah yang nantinya bertugas dalam menentukan nasib Rakyat Irian Barat sendiri.
Langkah dan tindakan berani Belanda lainnya dilakukan yaitu dengan membentuk negara Boneka Papua yang akan memiliki lagu serta bendera sendiri.
Atas dasar inilah peristiwa TRIKORA terjadi dengan tujuan untuk membatalkan pembentukan negara boneka ini.
Mengembalikan Papua Barat sebagai Bagian dari Indonesia
Sebagai salah satu daerah yang ada di Hindia Belanda, maka sudah sewajarnya Papua menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi batas timur dari negara ini.
Tetapi, Belanda justru menolak hal ini dan ingin memerdekakan Papua Barat secara terpisah.
Tujuan kedua dilaksanakannya TRIKORA adalah untuk mengembalikan status Irian Barat yang sejak awal merupakan bagian dari wilayah Indonesia.
Hal ini, sebagaimana disebutkan dalam isinya, dilakukan dengan mengibarkan kembali bendera merah putih di tanah Irian Barat. Dengan cara inilah Indonesia memproklamasikan bahwa Irian Barat adalah bagian dari Indonesia.
Mempertahankan Kesatuan dan Kemerdekaan Indonesia
Tujuan terakhir dari peristiwa TRIKORA (tri komando rakyat) ini adalah untuk senantiasa menjaga kesatuan dan persatuan Indonesia serta kemerdekaan Negara Indonesia.
Jika Irian Barat berhasil menjadi bagian dari Belanda, maka otomatis sudah bukan menjadi bagian dari Indonesia. Padahal, Irian Barat sudah diakui sebagai wilayah Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Lepasnya Irian Barat dari Indonesia tentu menjadi bukti kegagalan Indonesia dalam mempertahankan kesatuan dan kemerdekaannya.
Karena itulah, Soekarno melancarkan tri komando rakyat ini untuk menjaga kesatuan dan kemerdekaan Indonesia sebagai negara yang berdaulat.
Isi TRIKORA
Pengumuman pelaksanaan tri komando rakyat dilakukan oleh Presiden Soekarno secara resmi di Alun-alun Utara Kota Yogyakarta pada 19 Desember 1961.
Dalam pidatonya tersebut, Presiden Soekarno menyebutkan tiga poin penting yang menjadi isi dari TRIKORA, yaitu
- Gagalkan Pembentukan ‘Negara Boneka Papua’ oleh Kolonial Belanda
- Kibarkan bendera sang merah putih di Irian Barat sebagai wilayah tanah air
- Bersiaplah untuk melakukan mobilisasi secara umum guna mempertahankan kesatuan dan kemerdekaan Bangsa dan Tanah Air Indonesia.
Secara umum, isi dari Trikora membahas mengenai cara-cara untuk kembali menegakkan kedaulatan NKRI di Papua Barat dengan cara mengibarkan bendera merah putih serta memobilisasi kekuatan militer untuk membebaskan mereka.
Disini, kita mengetahui bahwa Bangsa Indonesia dan pemerintahan Indonesia sudah siap berperang demi merebut kembali Papua Barat.
Operasi Militer TRIKORA
Operasi militer trikora dimulai pada tahun 1962 dimana pemerintah Indonesia melancarkan operasi-operasi militer ke dalam wilayah Papua Barat.
Disini, semua elemen angkatan perang RI mulai dari Angatan Udara, Angkatan Laut, hingga Angkatan darat dikerahkan.
Selain itu, terdapat pula beberapa pasukan khusus yang diterjunkan untuk menjalankan misi sabotase, penyusupan, dan intelejen. Pasukan tersebut antara lain adalah Pasukan Gerak Tjepat AURI, RPKAD TNI AD, serta Kopaska milik TNI AL.
Kopaska disini menjadi ujung tombak serangan-serangan amfibi dari laut pasukan Indonesia. Salah satu operasi yang melibatkan pasukan ini adalah operasi militer bersandi Jayawijaya.
Selain itu, Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) juga mengerahkan pesawat pembom strategis berat Tu-16 buatan Soviet untuk menggempur pertahanan Belanda di Papua serta menurunkan moral tentara lawan.
Akhirnya, Belanda memilih jalur diplomasi dan melibatkan secara erat PBB dalam memediasi konflik Papua Barat.
Akhir dari Operasi TRIKORA
Setelah Belanda memilih jalur diplomasi, maka PBB dan negara-negara besar dunia ikut memediasi serta mengawasi alur konflik ini. 2 Peristiwa yang muncul setelah operasi TRIKORA adalah perjanjian New York serta Pepera atau penentuan pendapat rakyat Papua.
Persetujuan New York
Amerika Serikat khawatir kondisi konflik ini akan menguntungkan elemen-elemen komunis di Asia dan Asia Tenggara. Terlebih lagi, Indonesia sudah memiliki elemen komunis dalam PKI yang cukup kuat.
Oleh karena itu, mereka mendesak Belanda untuk berunding secara diplomatis di Indonesia.
Pada tanggal 15 Agustus 1962, akhirnya ketentuan-ketentuan penyerahan kekuasaan disetujui dalam persetujuan New York yang dilaksanakan di Amerika Serikat.
Berkat tekanan dari Amerika Serikat, Australia akhirnya setuju bahwa Papua menjadi bagian dari Indonesia.
Penentuan Pendapat Rakyat
Sesuai dengan ketentuan dari PBB, Indonesia wajib untuk menggelar penentuan pendapat rakyat atau PEPERA untuk menentukan, apakah Papua Barat akan menjadi wilayah Indonesia atau akan merdeka secara terpisah.
Jendral Sarwo Edhi Wibowo mengatur penyelenggaraan PEPERA tersebut yang dilaksanakan pada tahun 1969.
Hasil dari PEPERA tersebut adalah rakyat Papua ingin untuk bergabung dengan NKRI. Namun, hasil tersebut banyak dikritisi oleh pengamat independen, organisasi papua merdeka, serta komunitas internasional.
Mereka menganggap bahwa PEPERA yang dilakukan memiliki banyak cacat hukum dan terjadi pemaksaan-pemaksaan.
Meskipun begitu, Amerika Serikat mendukung Papua menjadi bagian dari Indonesia karena takut terjadi perluasan pengaruh komunisme di Asia Tenggara.
Akhirnya, Papua Barat menjadi provinsi Indonesia ke 26 dengan nama Irian Jaya
Dampak Peristiwa TRIKORA
Peristiwa TRIKORA yang terjadi dalam rangka merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda tidak hanya mencatatkan peristiwa penting dalam sejarah Negara Indonesia.
Peristiwa ini juga meninggalkan dampak yang begitu signifikan dalam sejarah kebangsaan Indonesia. Berikut adalah beberapa dampak dari peristiwa tri komando rakyat ini.
- Wilayah Irian Barat Menjadi Wilayah Indonesia
- Terjadinya Pertempuran di Laut Aru
- Terjadinya PEPERA
- Terbentuknya Gerakan OPM
Agar kalian lebih paham, dibawah ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai dampak-dampak tersebut
Wilayah Irian Barat Menjadi Wilayah Indonesia
Dampak pertama dan paling utama dari peristiwa Tri Komando Rakyat adalah wilayah Irian Barat menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Melalui segenap upaya diplomatis dan militer, akhirnya Belanda secara diplomatis menyerahkan nasib wilayah ini melalui Pepera yang diawasi oleh PBB dan komunitas Internasional.
Tanpa adanya Trikora, mungkin Belanda masih akan mempertahankan Papua Barat sebagai negara boneka mereka.
Terjadinya Pertempuran di Laut Aru
Dampak selanjutnya dari TRIKORA adalah terjadinya pertempuran di Laut Aru. Pertempuran ini disebabkan karena kapal perang Angkatan Laut Indonesia yang sedang patroli diserang oleh kapal serta pesawat dari Belanda.
Akibat penyerangan inilah kemudian terjadi pertempuran. Pertempuran ini mengakibatkan gugurnya Kapten Laut Wiratno dan komodor Yos Sudarso.
Pertempuran Laut Aru merupakan salah satu peristiwa militer yang cukup penting dan patut dikenang dalam perjuangan Indonesia merebut kembali Papua Barat.
Terjadinya Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat)
Berikutnya adalah dampak dari TRIKORA sekaligus salah satu penyelesaian konflik perebutan Irian Barat antara Indonesia dengan Belanda, yaitu dengan menyelenggarakan penentuan pendapat rakyat (pepera).
Pepera ini adalah proses penentuan apakah Irian Barat akan bergabung menjadi satu di Indonesia ataukah membentuk negara merdeka.
Pepera ini dilakukan dengan disaksikan oleh dua utusan dari PBB. Namun OPM yang merupakan sebuah organisasi yang menentang hasil keputusan Persetujuan New York sebelumnya, menganggap hasil ini adalah curang.
Meski demikian, hasil keputusan akhir tetap memutuskan bahwa Irian Barat tetap menjadi bagian dari Indonesia dan menjadi provinsi ke-26 di Indonesia.
Terbentuknya Gerakan OPM
Upaya penyelesaian konflik antara Belanda dan Indonesia dalam perebutan kekuasaan atas Irian Barat ini kemudian berdampak pada terbentuknya organisasi Papua Merdeka.
OPM ini merupakan gerakan yang berisi pihak-pihak yang tidak setuju dengan hasil dari Persetujuan New York, yang mana merupakan salah satu penyelesaian konflik perebutan Irian Barat ini.
Gerakan ini menginginkan Papua Barat yang merdeka dan berdaulat secara sendiri, diluar pengaruh serta kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
OPM bahkan masih ada hingga sekarang dan berbasis di hutan-hutan serta pegunungan pedalaman Papua.
Demikian tadi penjelasan tentang peristiwa TRIKORA yang merupakan upaya mempertahankan Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. Peristiwa ini adalah salah satu peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah Bangsa Indonesia.