Pengertian, Ciri, Fungsi, Struktur dan Proses Pembentukan Sel Darah Merah (Eritrosit) Terlengkap – Sel darah merah atau eritrosit adalah salah satu jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa jaringan-jaringan tubuh melalui darah. Eritrosit berasal dari bahasa Yunani yaitu erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selumbung darah.
Eritrosit merupakan bagian sel darah dengan jumlah terbanyak dalam tubuh yang produksinya antar masa janin dengan masa sesudah kelahiran. Beberapa minggu pertama kehisupan embrio, sel darah primitif yang berinti di produksi di yolk sac. Memasuki pertengahan trimester masa gestasi, produksi eritrosit diambil alih oleh hati sebagai organ utama yang memproduksi eritrosit, limpa dan juga kelenjar limfe. Kemudian, selama sebulan sebelum kelahiran dan sesudah lahir, eritrosit hanya di produksi di sumsum tulang dari semua tulanh kecuali bagian proksimal humerus (tangan) dan tibia (tulang kering) hingga seseorang berumur 5 tahun. Proksimal humerus dan tibia hanya akan memproduksi sedikirt eritrosit, kemudian tidak memproduksi lagi hingga mencapai usia sekitar 20 tahun. Setelah usia tersebut, eritrosit akan diproduksi di sumsum tulang membranosa seperti vertebrae (tulang belakang), sternum (tulang dada), costae (tulang rusuk) dan illium. Akan tetapi, jumlah eritrosit yang di produksi sumsum tulang membranosa akan sedikir dan berkurang seiring pertambahan usia.
Ciri-Ciri Sel Darah Merah (Eritrosit)
Adapun ciri-ciri sel darah merah yaitu
- Memiliki bentuk bulat pipih yang bagian tengahnya cekung atau bikongkaf
- Tidak memiliki inti sel
- Berwarna merah karna mengandung hemoglobin
- Umur sel darah merang kurang lebih 120 hari
- Sel darah merah berjumlah 4-5 juta sel/mm3 darah
- Sel darah merah berdiameter 7-8 um dan tebalnya 1-2 um
- Sel darah merah bersifat elastic
Fungsi Sel Darah Merah (Eritrosit)
Adapun fungsi dan peran penting sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh, diantaranya yaitu:
Fungsi utama eritrosit atau sel darah merah yaitu mengedarkan darah yang kaya oksigen (O2) dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Dalam menjalankan fungsi, eritrosit dibantu oleh hemoglobin (Hb), yaitu subtansi eritrosit yang terdiri atas rantei heme dan globin. Rantai heme merupakan senyawa besi protoporfirin yang membentuk pigmen atau bagian bebas protein dalam hemoglobin dan berperan mengangkut oksigen (O2).
Selain itu, eritrotrosit juga memiliki peran penting lain diantaranya:
- Sebagai dapar asam basa yang baik untuk seluruh darah.
- Eritrosit mengandung enzim karbonik anhidrase, yaitu enzim yang berfungsi meningkatkan kecepatan dalam mengatalisis reaksi reversibel antara karbondioksida (CO2) dan air (H2O) untuk membentuk asam karbonat (H2CO3) beberapa ribu kali lipat.
- Hemoglobin (Hb) sebagai substasi eritrosit berperan dalam menangkal patogen atau bakteri melalui proses lisis dengan mengeluarkan radikal bebas yang bisa menghancurkan membran sel patogen dan membunuh bakteri. Untuk itu, dikatakan eritrosit berperan dalam menjaga sistem kekebalan tubuh (antibodi).
- Eritrosit berperan dalam pelebaran pembuluh darah. Mekanisme tersebut bisa terjadi karena adanya senyawa S-Nitthrosothiol yang dilepaskan saat Hemoglobin (Hb) mengalami deogsigenerasi.
Struktur Sel Darah Merah (Eritrosit)
Struktur sel darah merah (eritrosit) norma yaitu tidak memiliki inti dan berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter sekitar 7-8 mikrometer dengan ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian paling tebal dan sekitar 1 mikrometer pada bagian tengahnya. Bentuk sel darah merah bisa berubah-ubah saat sel melewati kapiler, tapi perubahan bentuk tersebut tidak akan menyebakan sel mengalami ruptur. Hal itu disebabkan dalam keadaan normal, sel darah merah memiliki kelebihan membran sel untuk menampung zat didalamnya sehingga tidak akan merengangkan membran secara hebat. Dalam sel darah merah (eritrosit) terdapat hemogloblin (Hb), substansi hemoglobin (Hb) tersebut memberikan warna merah pada darah.
Volume rata-rata sel darah merah pada tiap individu yaitu 90-95 mikrometer kubik, sedangkan jumlah sel darah merah sangat bergantung pada jenis kelamin dan dataran tempat tinggal seseorang. Pada pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per milimeter kubik yaitu 5.200.000 (±300.000) dan pada wanita normal 4.700.000 (±300.000). Orang yang tinggal di dataran tinggi memiliki jumlah sel darah merah yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tinggal di dataran rendah.
Proses Pembentukan Sel Darah Merah (Eritrosit)
Proses pembentukan sel darah merah atau eritrosit disebut juga dengan eritropoiesis. Pembentukan eritrosit diregulasi oleh hormon glikoprotein yang disebut eritropoietin. Sel Pertama yang dikenali sebagai rangkaian pembentukan eritrosit adalah proeritroblas, yang dibentuk dari sel stem CFU-E. Setelah sel proeritroblas terbentuk, sel tersebut akan membelah beberapa kali. Sel baru dari generasi pertama pembelahan disebut basofil eritroblas karena bisa di cat dengan warna basa. Sel tersebut mengandung sedikit sekali hemoglobin.
Pada pembelahan selanjutnya, jumlah hb yang terbentuk lebih banyak dari sebelumnya. Sel yang terbentuk pada tahap ini disebut polikromatofil eritroblas. Pada tahap selanjutnya, jumlah Hb yang dibentuk akan semakin banyak dan sudah memberikan warna merah pada sel. Sel dikenal dengan ortokromatik eritroblas. Pada generasi berikutnya, sel sudah dipenuhi oleh Hb hingga konsentrasi 34%, nukleus memadat menjadi kecil, dan sisa akhirnya diabsorbsi dan didorong keluar dari sel. Pada saat bersamaan retikulum endoplasma direabsorpsi. Sel pada tahap ini disebut retikulosit, karena masih mengandung sedikit materi basofilik yang terdiri dari sisa aparatus golgi, mitokondria, dan sedikit organel sitoplasma lainnya.
Selama tahap retikulosit, sel akan berjalan dari sumsum tulang masuk ke dalam kapiler dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori membran kapiler). Materi basofilik yang tersisa dalam retikulosit normalnya akan menghilang dalam waktu 1-2 hari, dan kemudian menjadi eritrosit matur. Karena waktu hidup retikulosit pendek, maka konsentrasinya diantara semua sel darah normalnya sedikit kurang dari 1%.
Jika eritrosit telah berada dalam sirkulasi, maka dalam keadaan normal umur sel darah merah yaitu kurang lebih sekitar 120 hari. Sel darah merah yang sudah tua menjadi lebih rapuh dan bisa pecah dalam perjalanannya melalui pembuluh darah yang sempit. Sebagian eritrosit akan pecah di dalam limpa karena terjepit saat melewati pulpa merah limpa dan sebagiannya lagi akan dibongkar di hati. Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan difagositosis dan dicernakan oleh sel makrofag terutama yang ada dalam limpa, hati dan sumsum tulang. Selanjutnya di hati, hemoglobin diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang akan ditampung dalam kantong empedu. Bilirubin berfungsi memberi warna pada feses. Zat besi yang ada pada hemoglobin diangkut lalu dilepas dan diangkut kedalam sumsum tulang untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah baru atau disimpan di hati dan jaringan lain dalam bentuk ferritin.
Dalam tahapan pembentukan eritrosit, kadar oksigen (O2) di udara, hormon eritopoietin, protein, cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan vitamin B12 penting diperhatikan karena merupakan faktor yang bisa mempengaruhi proses tersebut.
Dampak Kekurangan dan Kelebihan Sel Darah merah (Eritrosit)
Kekurangan eritrosit dapat menyebabkan hal-hal berikut ini diantaranya: Anemia Defisiensi Vitamin, Anemia Aplastik, Penyakit Sumsum Tulang, Anemia Hemolitik, Anemia sel sabit. Sedangkan kelebihan sel darah merah dapat menyebabkan hal-hal berikut seperti Penggumpalan Darah dan Kerusakan Organ.
Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Pengertian, Ciri, Fungsi, Struktur dan Proses Pembentukan Sel Darah Merah (Eritrosit) Terlengkap . Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada postingan selanjutnya.