Mengapa Minyak Bumi Tidak Dapat Diperbarui?

Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Padahal, minyak bumi memegang peranan penting dalam menjalankan perekonomian kita. Hampir semua aktivitas membutuhkan minyak dan turunannya seperti plastik dan aspal untuk berjalan. Sebenarnya, kenapa sih minyak bumi tidak dapat diperbarui?

Apa Sih Sebenarnya Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui?

Klasifikasi sumber daya alam dapat diperbarui atau tidak sangat bergantung kepada kecepatan regenerasinya dibandingkan dengan laju konsumsinya
Klasifikasi sumber daya alam dapat diperbarui atau tidak sangat bergantung kepada kecepatan regenerasinya dibandingkan dengan laju konsumsinya (Yourdictionary)

Agar kita dapat yakin bahwa minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, kita harus mengetahui terlebih dahulu, apa definisi dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui itu.

Secara umum, sebuah sumber daya alam menjadi tidak dapat diperbarui ketika laju produksinya jauh lebih lambat jika dibandingkan dengan laju konsumsi sumber daya alam tersebut. Jika suatu sumber daya memiliki laju regenerasi atau produksi yang setara atau bahkan lebih cepat dari laju pemakaiannya, maka sumber daya alam tersebut tergolong dapat diperbarui.

Oleh karena itu, agar kita dapat menjawab pertanyaan, mengapa minyak tergolong kedalam sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, kita harus terlebih dahulu mengetahui bagaimana minyak bumi terbentuk.

Proses Terbentuknya Minyak Bumi

Pada dasarnya, minyak bumi adalah sisa dari dekomposisi material organik yang berubah menjadi sejenis minyak karena tekanan dan panas yang ada di perut bumi. Mayoritas minyak bumi yang kita gunakan sekarang berasal dari era Mesozoic (252-65 juta tahun yang lalu), hanya 20% yang berasal dari era Cenozoic (65 juta tahun yang lalu), dan 10% dari era Paleozoic (541-252 juta tahun yang lalu).

Perbedaan ini diduga disebabkan oleh kondisi iklim pada era Mesozoic yang lebih hangat. Temperatur yang hangat dan kondisi yang lebih tropis ini menyebabkan jumlah plankton di laut lebih banyak dibandingkan era-era lainnya. Sehingga, bahan dasar terciptanya minyak, yaitu jasad renik plankton, tersedia secara melimpah.

Secara umum, pembentukan minyak bumi berawal pada laut-laut dangkal dan hangat yang ada di bumi beberapa ratus juta tahun yang lalu. Disini, jasad-jasad plankton yang berukuran sangat kecil jatuh dan menumpuk di dasar laut. Seiring dengan berjalannya waktu, sedimen ini bercampur dengan material inorganik yang ada di dasar lautan dan perlahan-lahan berubah menjadi minyak bumi.

Ilustrasi proses pembentukan minyak bumi
Ilustrasi pembentukan minyak bumi dalam 3 tahap (energyeducation.ca)

Secara umum, proses pembentukan minyak dapat dibagi menjadi 6 tahapan. Pada gambar diatas kita dapat melihat garis besar tahapan-tahapan pembentukan minyak bumi yaitu sedimentasi, penimbunan oleh material lainnya, hingga akhirnya terbentuk minyak bumi dan gas alam.

Berikut ini adalah penjabaran lebih detail mengenai proses pembentukan minyak bumi

  1. Fitoplankton, Zooplankton, beserta alga dan bakteri yang sudah mati mengendap di dasar laut dan bercampur dengan material inorganik lain seperti pasir dan lempung. Proses ini menghasilkan lumpur yang sangat kaya akan material organik. Proses ini ditunjukkan oleh gambar A
  2. Lumpur ini tidak boleh terekspos kepada oksigen karena akan membuat material organik tersebut mengalami dekomposisi. Oleh karena itu, daerah yang mendukung terbentuknya minyak bumi adalah daerah anoxic atau rendah oksigen. Sebelum mengalami dekomposisi terlalu banyak, lumpur ini ditimbun oleh lebih banyak material, sehingga menciptakan organic shale. Tahap ini ditunjukkan oleh gambar B
  3. Jika batuan shale ini terpendam hingga kedalaman 2-4 km dibawah permukaan bumi, batuan tersebut akan mengalami pemanasan karena kedekatannya dengan mantel bumi. Peningkatan suhu dan tekanan tersebut akan mengubah batuan shale ini menjadi kerogen, batuan shale yang mengandung banyak kerogen disebut sebagai oil shale.
  4. Jika kerogen tersebut dipanaskan hingga suhu 90’c namun dibawah 160’c, maka akan perlahan-lahan berubah menjadi minyak bumi dan gas alam. Jika suhunya diatas 160’c, maka hanya akan membentuk gas alam atau grafit. Rentang suhu ini dikenal sebagai oil window, yaitu rentang dimana minyak bumi dapat terbentuk.
  5. Karena berat jenisnya yang lebih ringan dari air, minyak umumnya akan bermigrasi secara vertikal ke permukaan bumi. Untuk mencegah hal ini dan membentuk sebuah deposit minyak (oil reservoir), dibutuhkan batuan impermeable yang ada diatas source rock (oil shale) tersebut yang dapat menghambat migrasi minyak
  6. Aktivitas tektonik lempeng dan pergerakan-pergerakan lain seperti vulkanisme dan gempa bumi seringkali mengangkat lapisan-lapisan kaya minyak ini ke permukaan. Hal ini mempermudah perusahaan pertambangan untuk mengeksplorasi dan menambang minyak tersebut. Fenomena ini digambarkan pada gambar C.

Senada dengan daur batuan, proses sedimentasi, lithifikasi (sedimen menjadi batu sedimen), dan transformasi jasad plankton menjadi oil shale dan minyak bumi memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan hingga jutaan tahun.

Berapa Banyak Minyak yang Kita Konsumsi?

Konsumsi minyak dunia yang besar dipenuhi oleh kapal-kapal besar ini yang mengangkut ratusan ribu barrel minyak ke seluruh dunia
Konsumsi minyak dunia yang besar dipenuhi oleh kapal-kapal besar ini yang mengangkut ratusan ribu barrel minyak ke seluruh dunia (transporttopics)

Nah, kita sudah tahu nih ternyata laju produksi minyak dunia sangat lambat, dibutuhkan jutaan tahun untuk memproduksi semua minyak yang kita gunakan sekarang. Namun, sebenarnya seberapa banyak sih minyak yang kita gunakan tiap hari? Apakah sebanyak itu hingga berpotensi menyebabkan kelangkaan?

Menurut British Petroleum, semua orang diseluruh dunia mengkonsumsi sekitar 100 juta barrel minyak per harinya. Artinya, setiap tahun, konsumsi minyak dunia mencapai 36,4 milyar barrel, sebuah angka yang fantastis.

Berdasarkan data dari Stanford Business, diketahui bahwa seluruh suplai minyak dunia hanya tersedia untuk 40 tahun kedepan. Artinya, jika konsumsi minyak kita tetap konstan, maka dalam 40 tahun, dunia akan kehabisan minyak.

Saat ini, negara-negara produsen minyak terbesar di dunia sedang mencoba juga untuk menstabilkan produksi minyak, agar tetap menguntungkan dan bisa lebih sustainable kedepannya. Langkah-langkah seperti eksplorasi dan survei deposit minyak baru juga sering dilakukan untuk mencari suplai minyak baru yang belum tereksploitasi.

Baca Juga :  Globalisasi: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya

Namun, kenyataannya adalah penggunaan minyak dunia jauh lebih cepat dibandingkan dengan regenerasinya. Oleh karena itu, kita harus segera menemukan alternatif bahan bakar untuk menghindari krisis ekonomi yang disebabkan oleh habisnya minyak dunia.