Perjanjian Linggarjati : Latar Belakang, Waktu, Tempat, Tokoh, Isi dan Dampak Perjanjian Linggarjati

Sejarah Perjanjian Linggarjati – Apa itu perjanjian Linggarjati? Apa isi dari perjanjian Linggarjati? Dimana perjanjian Linggarjati? Kapan dilaksanakan Perjanjian Linggarjati? Siapa tokoh dalam Perjanjian Linggarjati?

Agar lebih memahaminya, kali ini kita akan membahas tentang sejarah perjanjian linggarjati mulai dari latar belakang, waktu, dimana , tokoh delegasi, isi dan dampak perundingan linggarjati secara lengkap.

Pengertian Perjanjian Linggarjati

Perjanjian linggarjati adalah perjanjian yang terjadi antara pihak Indonesia dan Belanda, di mana Inggris ditunjuk sebagai mediator. Perjanjian ini disimpulkan dari 11 hingga 13 November 1946 setelah
kemerdekaan.

Perundingan Linggarjati atau terkadang disebut Perundingan Linggajati adalah suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan
Indonesia. Hasil perundingan linggarjati ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan ditandatangani secara sah oleh kedua negara pada 25 Maret 1947.

Nama perundingan linggarjati diambil dari nama desa yaitu Linggarjati, Cirebon dimana perjanjian tersebut linggarjati dilaksanakan. Perjanjian ini secara resmi disetujui pada 25 Maret 1947.

Perjanjian linggarjati juga memuat perjanjian bahwa Belanda secara de facto mengakui wilayah Indonesia selama proses pembentukan Republik Indonesia (RIS).

Latar Belakang Perjanjian Linggarjati

Latar belakang yang menyebabkan terjadinya perjanjian linggarjati terjadi adalah masuknya AFNEI, yang disertai dengan masuknya NICA di Indonesia.

Hal ini dipengaruhi oleh Jepang yang mendirikan status quo di Indonesia, menyebabkan konflik antara Indonesia dan Belanda, sehingga terjadi insiden 10 November di Surabaya.

Selain itu pemerintah Inggris diberi tugas sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan konflik yang telah terjadi antara Indonesia dan Belanda. Akhirnya, diplomat Inggris, Sir Archibald Clark Kerr,
mengundang Belanda dan Indonesia untuk mengadakan negosiasi di Hooge Veluwe.

Perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas Jawa, Sumatera dan Pulau Madura, tapi Belanda hanya mau mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja.

Hal tersebut membuat Indonesia geram dan tidak ingin melakukan negosiasi seperti itu.

Sampai akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirim Lord Killearn kembali ke Indonesia dengan tujuan menyelesaikan negosiasi antara Indonesia dan Belanda.

Pada 7 Oktober 1946, tepatnya di Konsultan Umum Inggris di Jakarta, negosiasi dibuka kembali antara Indonesia dan Belanda.

Negosiasi antara kedua negara diketuai oleh Lord Killeard. Hasil dari putaran pertama negosiasi telah membuahkan hasil dan setuju untuk mengakhiri gencatan senjata pada 14 Oktober.

Berdasarkan hasil negosiasi juga direncanakan untuk mengadakan negosiasi baru yang disebut perjanjian Linggarjati. Perjanjian akan berlangsung pada 11 November 1946.

Pelaksanaan Perjanjian Linggarjati

Pada 11 November 1946, negosiasi antara Indonesia dan Belanda akhirnya terjadi. Dalam prosesnya, negosiasi ini berlangsung dari tanggal 11-13 November 1946. Dimana perjanjian linggarjati dilaksanakan di
Linggarjati, Cirebon.

Meski berlangsung dari 11-13 November 1947, proses penandatanganan perjanjian linggarjati selesai pada 25 Maret 1947.

Selama periode yang panjang, delegasi dari masing-masing negara telah meningkatkan konten perjanjian hingga kedua belah pihak akhirnya berhasil menemukan titik pertemuan untuk menyetujui perjanjian.

Tokoh Perjanjian Linggarjati

Berikut nama-nama orang yang terlibat dalam negosiasi Linggarjati, diantaranya yaitu:

Indonesia

Perwakilan Indonesia yang berpartisipasi dalam perjanjian linggarjati adalah Sutan Syahrir sebagai ketua; Gani, Mohammad Roem dan Susanto Tirtoprojo.

Belanda

Perwakilan Belanda yang berpartisipasi dalam negosiasi adalah Wim Schermerhorn sebagai ketua, Max Van Pool, H. J. Wan Mook dan F. De Boer.

Inggris

Sebagai moderator, pemerintah Inggris yang berpartisipasi dalam perjanjian linggarjati adalah Lord Killearn.

Saksi Tamu

Saksi tamu yang hadir dalam perjanjian Linggarjati diantaranya Amir Syarifudin, dr. Leimena, dr. Sudarsono, Ali Budiharjo, Presiden Soekarno, serta Mohammad Hatta.

Isi Perjanjian Linggarjati

Perjanjian linggarjati ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 oleh orang Indonesia dan Belanda. Hasil negoisasi linggarjati diantaranya yaitu:

  • Belanda mengakui wilayah de facto Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatra dan Madura.
  • Belanda harus meninggalkan wilayah Indonesia selambat-lambatnya 1 Januari 1949.
  • Belanda dan Indonesia sepakat untuk membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) termasuk Indonesia, Kalimantan dan Great East sebelum 1 Januari 1949.
  • Dalam bentuk Republik Indonesia Serikat, pemerintah Indonesia akan dimasukkan ke dalam Persemakmuran atau Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai pemimpinnya.

Dampak Perjanjian Linggarjati

Dampak positif perjanjian linggarjati, diantaranya yaitu:

  • Citra Indonesia di mata dunia internasional diperkuat, dengan pengakuan Belanda atas kemerdekaan Indonesia, mendorong negara-negara lain untuk secara hukum mengakui kemerdekaan Republik Indonesia.
  • Belanda mengakui Republik Indonesia yang memiliki kekuasaan atas Jawa, Madura dan Sumatra. Karena itu Indonesia memiliki kekuasaan de facto atas wilayah tersebut.
  • Akhir konflik antara Belanda dan Indonesia (meski Belanda kemudian melanggar perjanjian). Pada saat itu, dikhawatirkan konfrontasi rakyat Indonesia dan kekuatan Belanda akan berlanjut. Maka akan ada  lebih banyak korban rakyat. Ini tentu saja karena kekuatan militer Belanda yang canggih dan kekuatan rakyat Indonesia sebagaimana adanya.

Dampak negatif perjanjian linggarjati, diantaranya yaitu:

  • Indonesia hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, yaitu pulau Jawa, Sumatra dan Madura. Selain itu, Indonesia juga harus mengikuti Persemakmuran Indonesia-Belanda.
  • Memberi Belanda waktu untuk membangun atau “menghela napas” dan melakukan agresi militer.
  • Perjanjian linggarjati ditentang di Indonesia. Komunitas dan kelompok tertentu dari Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia, dan Partai Rakyat Jelata.
  • Dalam perundingan, Sutan Syahrir dianggap memberikan dukungan pada Belanda. Hal tersebut membuat para anggota Partai Sosialis yang berada di Kabinet dan KNIP untuk mengambil langkah untuk menarik dukungan pada 26 Juni 1947.

Pelanggaran Perjanjian Linggarjati

Pada akhirnya, Belanda melanggar perjanjian linggarjati yang telah disepakati. Pada tanggal 20 Juli 1947, Gubernur Jenderal H. J. van Mook menyatakan bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan perjanjian linggarjati dan pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda kemudian melancarkan Agresi Militer Belanda I. Hal tersebut membuat konflik yang terjadi diantara Indonesia dengan Belanda kembali memanas.

Konflik tersebut kemudian diselesaikan melalui jalur perundingan yang menimbulkan sejarah Perjanjian Renville. Walaupun begitu, ada banyak hasil dalam Perjanjian Renville yang merugikan pihak Indonesia. Ada beberapa hal lainnya yang berlangsing sebelum, selama dan sesudah Perjanjian Linggarjati dilakukan.

Beberapa kejadian yang berhubungan dengan peristiwa perjanjian linggarjati, diantaranya yaitu:

  • Perundingan dalam penyelesaian konflik Indonesia dengan Belanda sesungguhnya sudah dilakukan dari bulan Februari 1946. Tapi perundingan yang dilakukan selalu gagal tanpa adanya kesepakatan. Akhirnya tepat di bulan Oktober 1946 kemudian terjadi kesepakatan yang mengawali pertemuan Linggarjati.
  • Pemilihan lokasi Linggarjati atau Linggajati sebagai tempat pertemuan yang diusulkan oleh Maria Ulfah Santoso yang merupakan seorang Menteri Sosial pada saat itu. Pemilihan Linggarjati didasarkan terhadap titik tengah antara Belanda yang menguasai Jakarta serta Indonesia yang menjadikan Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan untuk sementara.
  • Delegasi Belanda menginap di kapal perang milik mereka. Delegasi Indonesia menginap di Linggasama yang lokasinya berdekatan dengan desa Linggarjati.
  • Ir. Soekarno dengan Mohammad Hatta singgah di tempat kediaman Bupati Kuningan.
  • Rumah yang dijadikan sebagai tempat pertemuan merupakan tempat milik Kulve van Os yang merupakan seorang Belanda yang memiliki pabrik semen dan perajin ubin yang menikahi perempuan berdarah Indonesia.
  • Perundingan ternyata tidak berjalan mulus. Ada beberapa poin yang tidak disepakati kedua belah pihak tap ada juga hal yang bisa disepakati. Delegasi Belanda juga disela pertemuan sempat untuk menemui Soekarno yang datang sebagai tamu yang bertujuan untuk membicarakan beberapa poin yang menjadi perdebatan antara pihak Belanda dengan Indonesia yang diketuai oleh Syahrir.
  • Pro-kontra terus berlangsung selepas perjanjian tersebut diberitahukan terhadap publik. Penolakan utamanya datang serta disuarakan oleh oposisi pemerintahan pada saat itu.
    Belanda sudah menodai hasil perjanjian dengan cara membatalkan kesepakatan secara sepihak.
Baca Juga :  Sejarah Lengkap Kerajaan Singasari, Raja, Kehidupan Politik, Peninggalan, Masa Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Singasari

Demikian artikel tentang sejarah perjanjian linggarjati, mulai dari latar belakang, waktu, dimana, tokoh delegasi, isi dan dampak perundingan linggarjati secara lengkap. Semoga bermanfaat dan jangan lupa ikuti postingan lainnya.