Lompat Tinggi

Lompat tinggi merupakan salah satu dari jenis olahraga cabang atletik dimana atlet lompat tinggi tersebut harus melompat setinggi-tingginya.

Guna untuk melewati mistar tanpa bantuan alat.

Hanya saja dapat menggunakan beragam gaya seperti gaya gunting, guling sisi, guling straddle, dan flop. Maupun gaya baru yang tidak berlawanan dengan aturan internasional.

Dari keempat gaya di atas, semuanya merupakan gaya yang cenderung membuat para atlet melompat dari sisi kanan atau kiri untuk melewati mistar supaya tidak tersentuh.

Jika kalian mengetahui lompat batu yang ada di Nias, tentu saja lompat tinggi ini berbeda dengan lompat tinggi yang dilakukan oleh para atlet.

Hanya saja keduanya sama-sama merupakan jenis olahraga lompat tinggi.

Lompat batu yang ada di Nias ini hanya dilakukan untuk sebuah acara adat guna memberikan title dewasa kepada anak laki-laki yang berani melakukannya.

Namun jangan salah, anak laki-laki tersebut harus mampu melewati susunan batu setinggi 2-3 meter. Yang tentunya cukup tinggi untuk dilakukan.

Saat hendak melompat, di area lompatan juga terdapat alat bantu berupa tumpuan yang ditempatkan sekitar setengah meter dari tumpukan batu,.

Dan kemudian mendarat tanpa matras.

Tujuan dari lompat tinggi dan lompat batu tentunya berbeda.

Jika kita lihat, lompat tinggi yang dilakukan oleh seorang atlet harus dapat melewati sebuah mistara dan mendarat di matras agar menjadi juara.

Sedangkan dalam lompat batu yang dilakukan oleh seorang anak laki-laki harus mampu melewati tumpukan batu. Dan mendarat tanpa matras agar mendapatkan gelar dewasa.

Karena resiko pada lompat batu lebih besar, sehingga olahraga Nias ini tidak termasuk ke dalam cabang olahraga. Tetapi hanya menjadi sebuah ritual upacara adat.

Dalam catatan sejarah, lompat tinggi merupakan cabang atletik baru yang diperlombakan pertama kali pada olimpiade Skotlandia di abad ke 19.

Dan, olahraga ini termasuk ke dalam salah satu olahraga tertua yang ada di dunia.

Seiring dengan perkembangan zaman, olahraga lompat tinggi ini terus mengalami perkembangan.

Mulai dari peraturan, teknik, sampai sarana dan prasarananya.

Sejarah

sejarah lompat tinggi

Seperti yang telah yuksinau.id jelaskan, dalam catatan sejarah, lompat tinggi pertama kali di olimpiadekan di Skotlandia di abad ke-19.

Pada saat itu, olimpiade dimenangkan oleh seorang atlet yang berhasil melakukan lompatan setinggi 1,68 meter. Dengan menggunakan gaya gunting.

Lalu di abad ke-20, gaya lompat tinggi megalami modernisai oleh seseorang warga Irlandia-Amerika yang bernama Michael Sweeney.

Dan pada tahun 1895, ia berhasil melakukan lompatan setinggi 1,97 meter dengan menggunakan gaya eastern cut-of.

Yang dimana mengambil posisi off menyerupai gaya gunting, namun memperpanjang punggungnya serta mendatar di atas bar.

Kemudian, warga Amerika lainnya yang bernama George Horine mengembangkan teknik lagi yang lebih efisien. Dan dinamakan Western Roll.

Dengan menggunakan teknik tersebut, George Horine berhasil melompat setinggi 2,01 meter ditahun 1912.

Lalu pada kejuaraan olimpiade Berlin yang dilakukan pada tahun 1936, teknik Western Roll menjadi teknik yang paling banyak digunakan pada cabang lompat tinggi.

Serta telah dimenangkan oleh Cornelius Johnson  dengan lompatan setinggi 2.03 m.

Lalu, dalam empat dekade kemudian, pelompat asal Amerika dan Soviet telah membuat teknik baru yang bernama teknik straddle.

Teknik ini pertama kali digunakan oleh Charles Dumas dan mampu melompat setinggi 2,13 m pada tahun 1956.

Lalu, warga Amerika yang bernama John Thomas meraih rekor dunia dengan lompatan setinggi 2.23 m (7 ft 3 3/4 in) di tahun 1960.

Namun, rekor dunia tersebut kemudian diambil alih oleh Valeriy Brumel dalam empat tahun ke depan.

Pelompat asal Rusia ini mencatat rekor dengan tinggi lompatan mencapai 2,28 m (7 ft 5 3/4 in).

Serta meraih mendali emas di olimpiade pada tahun 1964 sebelum ia mengalami kecelakaan motor yang mengakhiri karirnya.

Dari Brumel tersebut, teknik lompat tinggi dikembangkan lagi oleh para atlet sehingga pada saat ini tercatat ada banyak gaya untuk lompat tinggi.

Diantaranya adalah gaya gunting (Scissors), gaya guling sisi (Western Roll), gaya guling Straddle dan gaya Fosbury Flop.

Pada awal kemunculan lompat tinggi ini, banyak atlet yang menggunakan teknik pendekatan atau teknik gunting, sebab untuk melompat tidak dilakukan secara semabarangan.

Terdapat gaya tertentu yang harus peserta kuasai agar terhindara dari kecelakaan.

Di abad ke -19 para atlet lompat tinggi mendarat serta jatuh di atas tanah berumput dengan menggunakan gaya gunting. Yakni gaya dengan cara membelakangi mistar.

Namun, ternyata gaya juga banyak yang mengakibatkan cedera bagi para atlet.

Sementara kini, lompat tinggi dilaksanakan dengan mendarat di atas matras sehingga kecelakaan bisa di minimalisir.

Di masa kini, atlet lompat tinggi banyak yang menggunakan teknik fosbury flop.

Peraturan Lompat Tinggi

peraturan lompat tinggi

Adapaun peraturan yang berlaku ketika pelaksanaan pertandingan atau kejuaraan lompat tinggi, diantarnya adalah sebagai berikut:

1. Para atlet nantinya akan bertandi untuk sebisa mungkin melewati mistar tanpa menjatuhkannya hingga mencapai batas tertinggi.

Peserta yang tidak dapat melanjutkan lompatan lagi dinyatakan gugur.

2. Setiap atlet mempunyai 3 kesempatan untuk melewati mistar dengan ketinggian yang sama.

Dan jika dalam ketiga kesempatan tersebut gagal dalam melewati mistar maka dinyatakan gugur.

3. Tolakan hanya diperbolehkan dengan menggunakan satu kaki.

4. Jika peserta menjatuhkan mistar dalam percobaan ketiga maka dinyatakan gugur.

5. Peserta atau menggunakan seragam serta segala atribut lain yang sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan panitia.

Contohnya mengenai jenis sol sepatu yang diperbolehkan.

Lapangan Lompat Tinggi

lapangan lompat tinggi

Lapangan lompat tinggi dibagi menjadi empat macam.

Yaitu: jalur awalan, daerah tolakan, mistar serta penyangganya, dan matras untuk mendarat.

Perhatikan penejalasan di bawah:

1. Area atau jalur awalan bentuknya menyerupai bujur sangkar atau setengah lingkaran yang memiliki jarak dari tepi ke titik pusat sejauh 15 meter.

Jarak tersebut merupakan jarak awalan yang digunakan peserta sebelum melakukan tolakan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta dapat melakukan awalan dari jalur yang lebih jauh lagi selama hal itu tidak melebihi batas.

2. Daerah tolakan berada disekitar depan dan bawah mistar. Area tolakan harus dibuat sedatar mungkin, bersih, serta tidak licin.

Hal tersebut agar tidak menggelincirkan atlet pada waktu melakukan tolakan.

3. Mistar dibuat dengan panjang sekitar 3,98-4,02 meter dan berat maksimal 2 kilo gram, disangga dengan menggunakan penyangga mistar yang diletakan secara bersejajar dengan jarak yang sama dengan panjang mistar.

Tiang penyangga wajib memiliki ukuran disalah satunya sebagai penentu tinggi mistar atau tinggi lompatan.

4. Mistar ditopang dengan menggunakan penopang mistar yang ada pada masing-masing tiang penyangga, ukuran dari penopang mistar yakni 4x6cm.

5. Tempat pendaratan atau matras berukuran 3×5 meter yang terbuat dari bahan busa dengan ketebalan 60 cm.

Serta bagian atasanya ditutup kembali dengan menggunakan matras dengan ketebalan 10-20 cm.

Tahapan Posisi Lompat Tinggi

lompat tinggi gaya straddle

Pada waktu hendak melakukan lompat tinggi terdapat beberapa teknik yang harus diperhatikan.

Terdapat 4 tahapan posisi yang harus diketahui sebelum melakukan kegiatan teknik lompat tinggi.

Diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Posisi awalan merupakan gerakan berlari menuju mistar sebelum melakukan tolakan.
  • Posisi tolakan merupakan gerakan pada tumpuan kaki dilantai dasar guna  menaikan badan menuju ke atas mistar atau melayang.
  • Posisi melayang merupakan gaya pada waktu posisi badan berada di atas mistar atau di udara.
  • Posisi mendarat merupakan posisi jatuhnya badan pada waktu di atas matras.

Teknik Dasar Lompat Tinggi

teknik dasar

Teknik dasar lompat tinggi sama halnya dengan teknik dasar yang digunakan saat melakukan lompat jauh.

Keduanya terbagi menjadi 4 teknik dasar. Yakni: teknik awala, teknik tolakan, teknik saat melayang diudara, dan teknik mendarat.

Berikut adalah penjelasan mengenai teknik dasar lompat tinggi.

1. Teknik Awalan Lompat Tinggi

Teknik awalan ini merupakan salah satu kunci keberhasilan jumper untuk melewati mistar.

Teknik ini adalah gerakan berlari menuju mistar sebelum melakukan tolakan.

Berikut merupakan hal-hal yang perlu untuk diperhatikan saat sedang melakukan teknil awalan pada lompat tinggi.

  • Sudut yang dilakukan pada teknik awalan haruslah tepat karena hal itu akan memaksimalkan hasil dari tinggi lompatan.
    Berikut merupakan sudut yang dapat digunakan dengan berbagai gaya di dalam lompat tinggi:

    • Gaya Straddle, sudut awalan terletak diantara 30 hingga 35 derajat
    • Gaya gunting, sudut awalan terletak diantara 40 hingga 50 derajat
    • Gaya Guling sisi, sudut awalan kurang lebih terletak diantara 40 derajat
    • Gaya Flop, sudut awalan terletak diantara 70 hingga 85 derajat, meski terdapat tiga langkah sebelum melaksanakan tumpuan, sudut lari mengecil hingga menjadi kisaran 30 sampai 40 derajat. Pastikan agar mendapatkan sudut terbaik sesuai dengan gaya yang dilakukan.
  • Tentukan mana kaki yang terkuat untuk melakukan tumpuan. Sebab setiap sudut yang dipakai pada setiap gaya berbeda dan harus disesuikan dengan teknik lompaatanya.
  • Kecepatan berlari bukanlah kunci untuk mendapatkan lompatan yang tinggi.
    Karena ketika berlari kencang, tubuh cenderung akan terdorong ke depan serta susah untuk mengendalikannya.
    Sehingga ketika melakukan teknik awalan diawali dengan berlari pelan dan kemudian dipercepat dengan lari yang wajar.
  • Pada umumnya langkah yang digunakan dalam teknik awalan lompat tinggi antara 9 sampai 15 langkah.
Baca Juga :  10 Pengertian Sepak Bola Menurut Para Ahli Terlengkap

2. Teknik Tolakan Lompat Tinggi

Dalam melakukan tolakan sangat disarankan untuk menggunakan kaki yang paling kuat sebagai tumpuan.

Hal ini agar jumper dapat memperoleh lompatan yang maksimal.

Titik awalan yang baik ialah saat melakukan lompatan, serta titik tertinggi tepat saat melayang di atas mistar.

Jika titik tumpuan terlalu jauh, maka tinggi maksimal dari lompatan juga maksimal, serta ketika turun dari lompatan dapat menyenruh mistar.

Dan jika titik tumpuan terlalu dekat, mistar dapat tersentuh waktu akan melayang diudara.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikaan saat melakukan teknik tolakan lompat tinggi.

  • Badan ditumpukan kepada kaki pada bagian bawah dengan cara menekukan kaki dengan sudut sekitar 130 sampai 160 derajat, sehingga tolakan yang diperoleh besar.
  • Saat akan melakukan sesi tumpuan, badan dicondongkan agak kebelakang.
    Namun jika menggunakan gaya flop badan jangan dicondongkan ke belakang.
  • Melakukan tumpuan dengan kuat dan juga cepat, sehingga dapat menghasilkan tenaga tolakan (daya ledak) yang besar.
  • Saat melakukan tumpuan, lakukanlah dengan diawali bagian tumit terlebih dahulu.
    Lalu diikuti dengan seluruh telapak kaki serta ujung kaki. Tumpuan kaki diusahakan lurus dari lutut sampai ujung kaki.
  • Saat melakukan tumpuan, ayunkan lengan dengan serentak untuk menambah daya dorong.

3. Sikap Badan Saat Melayang Diatas Mistar (Melayang)

Sikap melayang di atas mistar berbeda pada setiap gaya yang dilakukan.

Sehingga sikap dari melayang ini sangat ditentukan oleh gaya yang dilakukan dalam lompat tinggi.

Berikut merupakan penjelasan mengenai teknik dasar melayang di atas mistar pada masing-masing gaya.

  • Lompat tinggi Gaya Straddle, Gaya Stradle pertama kali digunakan oleh Charlers Dumas.
    Dalam melakukan gaya straddle posisi badan jumper waktu di atas mistar ialah dengan gaya tengkurap.
    Serta ketika turun menyegerakan kaki untuk diposisikan lurus ke bawah.
    Guna memperoleh lompatan yang tinggi, otot perut juga diperlukan guna mengangkat tubuh pada waktu melayang diudara.
  • Lompat tinggi Gaya Gunting, terdapat dua gaya gunting dalam olahraga lompat tinggi.
    Yakni gaya gunting klasik yang lalu disempurnakan oleh Micahel Sweeney.
    Pada gaya gunting klasik lompatan dilakukan dengan cara memakai gaya jongkok, yang dimana tubuh diposisikan menghadap mistar. Sementara Sweeney meralat sedikit dari gaya yang telah ada yakni awalan dilakukan dengan tubuh memposisikan badan di samping mistar. Sehingga posisi tubuh miring atau sejajar dengan mistar.
  • Lompat tinggi gaya guling sisi, gaya guling sisi juga dikenal dengan sebutan gaya western roll, dan untuk melakukannya diawali dari sisi samping mistar.
    Lalu setelah tubuh terangkat ke atas dengan posisi telentang serta telah mencapai mistar, tubuh kemudian dimiringkan ke sisi lain tolakan guna untuk melakukan pendaratan.
    Tetapi, saat melakukan gaya guling sisi, kepala terletak lebih rendah daripada pinggul serta gaya ini juga sempat dilarang dalam perlombaan lompat tinggi.
  • Lompat tinggi gaya flop, gaya Flop juga dikenal sebagai gaya Fosbury Flop, gaya ini diciptakan oleh warga Amerika yang bernama Dick Ricarod Fsobury .
    Gaya flop merupakan gaya yang cukup sulit untuk dilakukan oleh seorang pemula.
    Sebab untuk melakukan lompatan, tubuh harus membelakangi mistar, dan diikuti dengan melewati mistar menggunakan punggung. Sehingga, gaya ini menyerupai gaya salto namun dengan berbalik serta menggunakan punggung sebagai tumpuan pada saat melewati mistar.

4. Teknik mendarat lompat tinggi

Teknik mendarat merupakan gerakan akhir dari rangkaian gerak dengan cara menjatuhkan badan ke atas matras saat tubuh berhasil melewati mistar.

Namun, teknik mendarat dalam lompat tinggi bukanlah hal yang menentukan menang tidaknya dalam perlombaan.

Sebab, dalam pertandingan lompat tinggi intinya adalah peserta mampu melompat setinggi-tingginya tanpa menyentuh atau menjatuhkan mistar.

Dalam melakukan teknik pendaratan, sikap disesuaikan dengan gaya yang digunakan.

Upayakan agar menggunakan tumpuan kaki serta melakukan gerakan anti klimaks yang menyerupai gaya pegas pada kaki.

Serta lakukanlah dengan sadar, sehingga tidak akan terjadi cidera atau kecelakaan saat melakukan lompat tinggi.