Gagasan Persatuan Dan Kesatuan Bangsa, Serta Aktivitas Organisasi Pergerakan

Koordinasi antarkekuatan pergerakan di Indonesia pada awal abad ke-20 masih lemah. Keadaan itu menyebabkan pemerintah kolonial mudah menerapkan taktik pecah belah. Hal itu pun disadari oleh para pemimpin pergerakan, salah satunya adalah lr. Soekarno. Untuk itu, ia berkeinginan untuk menyatukan kekuatan nasionalis di bawah satu kesatuan.

Permufakatan Perhimpunan Partai-Partai Politik Kebangsaan Indonesia

ppki

Soekarno sebagai Ketua Partai Nasional Indonesia dengan beberapa orang mantan anggota Perhimpunan Indonesia serta bekerja sama dengan Dr. Sukiman (PSI) dalam membuat peraturan memprakarsai berdirinya Permufakatan Perhimpunan Partai- partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada tanggal 17 Desember 1927. Partai- partai yang terhimpun dalam permufakatan tersebut adalah PNI, PSI, BO, Pasundan, Sarekat Sumatera, Kaum Betawi, Indonesische Studieclub, Sarekat Madura, Tirtajasa, dan Perserikatan Celebes. Konsentrasi nasional PPPKI ini bertujuan menyamakan arah aksi kebangsaan, memperkuatnya dengan memperbaiki organisasi dengan bekerja sama antaranggotanya serta menghindarkan perselisihan antaranggotanya. Atas dasar itu maka di dalam konsentrasi itu tidak akan diperbincangkan masalah asas dan paham-paham partai yang bergabung. Dengan demikian, melalui PPPKI ini solidaritas antarorganisasi yang menjadi tuntutan pokok dapat dilaksanakan. PPKI pernah melakukan beberapa kongres dengan menghasilkan beragam keputusan. Kongres I PPKI berlangsung di Surabaya pada tanggal 30 Agustus – 2 September 1928.

Sementara itu, sehubungan dengan adanya penggeledahan terhadap para pimpinan PNI (29 Desember 1929), PPPKI memprotes penggeledahan itu (12 Januari 1930). Di samping itu, memperkuat dukungan terhadap funds nasional untuk membantu keluarga yang sedang dalam tahanan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah mosi dari rakyat untuk rakyat, dalam kondisi apa pun pergerakan akan tetap ditingkatkan untuk meneruskan aksi menuju kemerdekaan. Bagaimana pun pada masa itu terjadi pengawasan pemerintah yang berlebihan, baik terhadap perorangan maupun terhadap organisasi.

PPPKI pada saat berdiri sebenarnya telah memendam benih-benih keretakan. Pertentangan pun tidak dapat dielakkan lagi sehingga pada bulan Desember 1930 PSI ke luar dari PPPKI. Di samping itu juga adanya perpecahan dalam Partindo dan PNI Baru. Meskipun kedua organisasi ini berasal dari PNI (lama), dua kubu kekuatan yang ada tidak dapat disatukan kembali. Polarisasi ini lebih jelas lagi ketika lr. Soekarno memilih Partindo, sedangkan Drs. Moh. Hatta memiih PNI Baru. Namun demikian, PPPKI berupaya mempertahankan diri baik dari keretakan dalam federasi maupun karena reaksi dari penguasa. Untuk mewujudkan cita-citanya, PPPKI melakukan penggantian nama “permufakatan” menjadi “persatuan”, sedangkan “kebangsaan” menjadi “kemerdekaan”; memindahkan Majelis Pertimbangan dari Surabaya ke Jakarta; melakukan berbagai aksi untuk menentang kebijakan pemerintah dalam hal berserikat, hukum pidana, dan hak-hak luar biasa pemerintah atas pengasingan.

Ketiga upaya di atas diharapkan akan memperkuat pergerakan sehingga dengan demikian berbagai partai politik yang ada tidak dipaksa untuk mufakat, melainkan

diusahakan cara-cara yang demokratis sesuai dengan latar belakang setiap parpol. Adapun pemindahan Majelis pertimbangan ke Jakarta, mengingat bahwa Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan tempat berdirinya berbagai organisasi pergerakan. Terakhir adalah upaya PPPKI dalam rangka membela para pemimpin pergerakan yang pada masa itu diasingkan, seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Sutan Sjahrir.

Sementara itu, pada paruh kedua dekade1930-an karena reaksi dari pemerintah kolonial, PPPKI tidak bisa mempertahankan aksinya lagi. Tambahan pula, upaya- upaya Ir. Soekarno untuk memperbaiki dan mendorong aksi-aksi PPPKI tidak bisa dilakukan lagi. Kondisi ini menyebabkan sikap pergerakan mencari format baru dalam mempersatukan partai-partai yang ada melalui Gabungan Politik Indonesia (GAPI).

Kongres Pemuda dan Sumpai Pemuda

sumpah pemuda (1)

Nasionalime bukan hanya menjadi milik organisasi-organisasi politik, tetapi juga menjadi milik para pelajar dan pemuda yang kemudian terhimpun kedalam PPPI (Perhimpunan- Perhimpunan Pelajar Indonesia). Organisasi tersebut didirikan tahun 1926 dan merupakan perkumpulan mahasiswa Recht Schoolgeschar dan STOVIA. Untuk merealisasikan persatuannya dan menghilangkan sifat-sifat kedaerahan dan mencapai Indonesia satu maka diadakanlah suatu kongres yang bertujuan membentuk badan sentral, mengajukan paham kesatuan, dan semakin mempererat hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Selanjutnya PPPI pun mengadakan kongres lagi yang drselenggarakan 27-28 oktober 1928 dan dikenal dengan nama Kongres Sumpah Pemuda. Isi kongres sebagai berikut.

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu tanah air Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Hasil kongres pun nantinya dijadikan landasan perjuangan Indonesia merdeka, dan pada kongres inilah untuk pertama kalinya diperdengarkan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Soepratman.

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Gagasan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, serta Aktivitas Organisasi Pergerakan. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya.

Baca Juga :  Dampak-Dampak Kebijakan Pemerintah Penduduk Jepang Di Indonesia