Sejarah Lengkap Kerajaan Banten, Raja, Peninggalan, Kehidupan Politik, Masa Kejayaan dan Runtuhnya Kerajaan Banten

Sejarah Lengkap Kerajaan Banten, Raja, Peninggalan, Kehidupan Politik, Masa Kejayaan dan Runtuhnya Kerajaan Banten Terlengkap – Kerajaan Banten atau Kesultanan Banten adalah suatu kerajaan islam yang pernah berdiri di Tatar Pasundan, Provinsi Banten. Ini berawal sekitar tahun 1526, saat kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan lalu menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya perjanjian antara kerajaan Sunda dan Portugis pada tahun 1522 m.

Sejarah Kerajaan Banten

Pada awal abad ke-16, wilayah padjajaran yang beragama hindu. Pusat kerajaan kerajaan ini berada di pakuan (sekarang Bogor). Kerajaan Padjajaran memiliki bandar penting seperti banten, sunda kelapa (jakarta) dan cirebon.

Padjajaran dan portugis telah bekerja sama, untuk itu portugis diizinkan mendirikan kantor dagang dan benteng pertahanan di sunda kelapa. Guna membendung pengaruh portugis di pajajaran, sultan trenggono dari demak memerintahkan fatahilah yang merupakan panglima perang demak untuk menaklukan bandar yang dimiliki pajajaran. Pada tahun 1526, armada demak berhasil menguasai banten. Selain itu, pada 22 juni 1527 pasukan Fatahillah berhasil merebut pelabuhan sunda kelapa, dan sejak saat itu nama sunda kelapa diubah menjadi Jayakarta atau Jakarta yang artinya kota kemenangan.

Dalam waktu yang singkat, seluruh pantai utara jawa barat bisa dikuasai fatahillah, lambat laun agama islam tersebar di jawa barat. Fatahillah kemudian menjadi wali atau ulama besar dengan gelar Sunan Gunung Jati dan berkedudukan di cirebon. Pada tahun 1552, putra fatahillah yang bernama hasanudin diangkat menjadi penguasa banten. Lalu putranya yang lain, pasarean diangkat menjadi penguasa di cirebon. Fatahillah sendiri mendirikan pusat kegiatan keagamaan di gunung jati, cirebon hingga beliau wafat pada tahun 1568. Dapat disimpulkan, bahwa pada awalnya kerajaan banten merupakan wilayah kekuasaan kerajaan demak.

Raja-Raja Kerajaan Banten

Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memerintah kerajaan banten, diantaranya:

Sultan Hasanuddin

Saat terjadi perebutan kekuasaan di kerajaan demak, banten dan cirebon berusaha memisahkan diri dari kekuasaan kerajaan demak. Akhirnya banten dan demak berhasil leoas dari pengaruh demak dan menjadi kerajaan yang berdaulat.

Raja pertama kerajaan demak adalah Sultan Hasanuddin, ia memerintah selama 18 tahun (1552-1570 M). Pada masa pemerintahannya, banten berhasil mengusai lampung yang memiliki banyak rempah-rempah dan juga selat sunda yang merupakan jalur perdagangan.

Selama memerintah banten, sultan hasanuddin berhasil membangun pelabuhan banten menjadi pelabuhan yang ramai didatangi pedagang dari berbagai bangsa. Kemudian banten berkembang menjadi bandar perdagangan maupun pusat penyebaran agama islam. Pada tahun 1570 M, Sultan Hasanuddin wafat dan digantikan oleh putranya yaitu Maulana Yusuf.

Maulana Yusuf

Maulana yusuf memerintah banten mulai tahun 1570-1580 M. Pada tahun 1579, maulana yusuf berhasil menaklukan kerajaan pajajaran di pakuan (bogor), sekaligus menyinggirkan rajanya yaitu prabu sedah. Hal tersebut membuat banyak rakyat pajajaran yang pindah ke pegunungan. Mereka dikenal sebagai orang-orang baduy atau suku baduy di rangkasbitung banten.

Maulana Muhammad

Setelah Maulana Yusuf Wafat, tahta kerajaan jatuh ke tangan putranya yang bernama Maulana Yusuf yang masih berusia 9 tahun. Karena masih terlalu belia untuk memimpin kerajaan, maka pemerintahan dijalankan mengkubumi jayanegara hingga maulana muhammad dewasa (1580-1596). Enam belas tahun kemudian, Sultan Maulana Muhammad menyerang kesultanan Palembang yang didirikan seorang bangsawan demak yaitu Ki Gendeng Sure. Kerajaan Banten yang masih keturunan demak merasa berhak atas wilayah palembang, namun banten mengalami kekalahan dan Sultan Maulana Muhammad tewas dalam peperangan tersebut.

Pangeran Ratu (Abdul Mufakhir)

Pangeran ratu yang masih berusia 5 bulan menjadi sultan banten yang ke empat yang memerintah dari tahun 1596-1651. Karena masih kecil, pemerintahan dijalankan oleh mangkubumi ranamanggala hingga pangeran dewasa. Pangeran ratu mendapat gelar kanjeng ratu banten. Setelah wafat, Pangeran Ratu digantikan oleh anaknya yang bernama sultan ageng tirtaayasa.

Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan ageng tirtayasa memerintah banten mulai tahun 1651 M hingga 1682 M. Pada masa pemerintahannya kerajaan banten mencapai masa kejayaannya.

Sultan ageng tirtayasa berusaha memperluas wilayah kerajaan. Pada tahun 1671 M, Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya menjadi raja pembantu dengan gelar sultan abdul kahar atau sultan haji. Sultan Haji menjalin hubungan baik dengan belanda. Mengetahui hal tersebut, sultan ageng tirtayasa kecewa dan menarik kembali jabatan yang diberikan kepada sultan haji, namun sultan haji tetap berusaha mempertahankan jabatannya dengan meminta bantuan pada belanda. Maka terjadinya perang saudara. Dalam peperangan tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap lalu dipenjarakan di batavia hingga beliau wafat pada tahun 1691 M.

Peninggalan Kerajaan Banten

Adapun peninggalan kesultanan banten, diantaranya yaitu:

Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten dibangun pada tahun 1652, tepat pada masa pemerintahan putra pertamanya yaitu Sultan Maulana Hasanudin. Masjid ini berada di desa Banten lama, Kecamatan Kasemen.

Istana Keraton Kaibon
Dulunya, Istana Keraton Kaibon merupakan tempat tinggal ibu dari Sultan Syaifudin yaitu Bunda Ratu Aisyah. Namun kini bangunan tersebut hanya bersisa reruntuhannya saja.

Istana Keraton Surosowan
Istana Keraton Surosowan ini dulunya merupakan tempat tinggal Sultan Banten sekaligus tempat pusat pemerintahan. Namun kini hanya tingga sisa reruntuhannya saja.

Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk ini berfungsi pertahanan dari serangan laut dan juga digunakan untuk mengawasi aktivitas pelayaran di sekitar Selat Sunda.

Meriam Ki Amuk
Meriam ini di ninamakan Ki Amuk karena konon katanya meriam ini memiliki daya tembakan sangat jauh dan daya ledaknya sangat besar. Meriam ini merupakan hasil rampasan kerajaan Banten terhadap pemerintah Belanda pada masa perang.

Selain peninggalan diatas, adapula peninggalan kerajaan banten yang lainnya, diantaranya seperti:

  • Vihara Avalokitesvara
  • Danau Tasikardi

Kehidupan Politik Kerajaan Banten

Sultan pertama yang memintah kerajaan banten adalah Sultan Hasanudsin yang memerintah dari tahun 1522-1570. Pada masa pemerintahan sultan hasanuddin, kerajaan banten berkembang menjadi pusat perdagangan dan juga berhasil memperluas kekuasaan ke daerah Lampung yang merupakan daerah penghasil lada. pada tahun 1570, Sultan Hasanuddin wafat.

Setelah sultan hasannudin wafat, pemerintahan kerajaan banten digantikan oleh putranya yang bernama Maulana Yusuf (1570-1580). Pada tahun 1579 dibawah kekuasaannya, kerajaan banten berhasil menaklukan dan menguasai kerajaan pajajaran (hindu).

Kemudian kekuasaan kerajaan banten dipegang oleh Maulana Muhammad (1580-1596). Pada masa akhir kekuasaannya, Maulana Muhammad menyerang Kesultanan Palembang namun usahanya untuk menaklukkan Palembang gagal, Maulana Muhammad tewas lalu putranya yang bernama Pangeran Ratu naik takhta dengan gelar Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir.

Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Ia sangat menentang kekuasaan Belanda. Namun usaha untuk mengalahkan Belanda yang membentuk VOC dan menguasai pelabuhan Jayakarta mengalami kegagalan. Setelah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mulai dikuasai oleh Belanda di bawah pemerintahan Sultan Haji.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten

Di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten berkembang menjadi pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Faktor yang menyebabkan banten menjadi pusat perdagangan dan juga penyebaran islam yaitu:

  • Letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan;
  • Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam tidak lagi singgah di Malaka tapi langsung menuju Banten;
  • Banten memiliki bahan ekspor penting yaitu lada.
Baca Juga :  Abris Sous Roche: Pengertian, Sejarah, dan Fungsinya

Masa Kejayaan Kerajaan Banten

Kerajaan Banten mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1651-1682. Pada pemerintahan sultan agen tirtayasa, banten berhasil membangun armada dengan contoh Eropa dan memberi upah kepada pekerja Eropa.

Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang Belanda yang terbentuk dalam VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan berusaha keluar dari tekanan VOC yang telah memblokade kapal dagang menuju Banten. Banten juga melakukan monopoli Lada di Lampung yang menjadi perantara perdagangan dengan negara lainnya sehingga Banten menjadi wilayah multi etnis dengan perdagangan yang berkembang dengan pesat.

Runtuhnya Kerajaan Banten

Runtuhnya kerajaan banten berawal dari perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji atas dasar perebutan kekuasaan. Situasi tersebut dimanfaatkan VOC dengan memihak pada Sultan Haji. Sultan Ageng bersama dua putranya yang lain yaitu Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf terpaksa mundur dan pergi ke arah pedalaman Sunda. Akan tetapi, pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng berhasil ditangkap dan ditahan di Batavia. Kemudian pada 14 Desember 1683, Syekh Yusuf berhasil ditangkap dan Pangeran purbaya akhirnya menyerahkan diri.

Atas kemenangannya tersebut, Sultan Haji memberikan balasan pada VOC dengan memberikan Lampung pada tahun 1682. Lalu pada 22 Agustus 1682 terdapat surat perjanjian bahwa Hak monopoli perdagangan lada Lampung jatuh ketangan VOC. Kemudian pada tahun 1687, Sultan Haji meninggal dunia. Setelah itu, VOC menguasai Banten sehingga pengangkatan Sultan Banten harus mendapat persetujuan Gubernur Jendral Hindian Belanda di Batavia.

Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya terpilih menjadi pengganti Sultan Haji, setelah itu kekuasaan digantikan oleh Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Aabidin. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin, sekitar tahun 1808-1810, Gubernur Hindia Jenderal Belanda menyerang Banten . Penyerangan tersebut terjadi akibat penolakan yang dilakukan sultan atas permintaan Hindia Belanda untuk memindahkan ibukota Banten ke Anyer. Akhirnya, pada tahun 1813 Banten runtuh ditangan Inggris.

Demikian artikel pembahasan tentang”Sejarah Lengkap Kerajaan Banten, Raja, Peninggalan, Kehidupan Politik, Masa Kejayaan dan Runtuhnya Kerajaan Banten“, semoga bermanfaat.