Sejarah Terbentuknya Kerajaan Makasar Dan Kerajaan Ternate Tidore Bercorak Islam di Indonesia

Sejarah Terbentuknya Kerajaan Makasar Dan Kerajaan Ternate Tidore Bercorak Islam di Indonesia – Salah satu wujud pengaruh budaya Islam adalah berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorakkan Islam, di antaranya ada kerajaan Makassar (Gowa dan Tallo) dan,  Kerajaan Ternate dan Tidore

Kerajaan Makassar (Gowa dan Tallo)

Kerajaan Gowa dan Tallo (Makassar) menjadi kerajaan Islam karena dakwah dari Dato ri Bandang dan Dato Sulaiman dari Minangkabau. Setelah masuk Islam, raja Gowa, Daeng Manrabia bergelar Sultan Alaudin dan Raja Tallo, Kraeng Mantoaya bergelar Sultan Abdullah. Kerajaan Gowa-Tallo terletak pada posisi yang strategis yaitu, di antara jalur pelayaran antara Malaka dan Maluku.

Sultan Alaudin memerintah Makassar pada 1591-1639, la juga dikenal sebagai sultan yang sangat menentang Belanda hingga wafat pada tahun 1639. Ia digantikan putranya Sultan Muhammad Said (1639-1653). Muhammad Said mengirimkan pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku yang sedang berperang melawan Belanda. Pengganti Muhammad Said adalah putranya yang bergelar Sultan Hasanuddin (1653-1669).

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar mencapai masa kejayaannya. Dalam waktu singkat Kerajaan Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan. la juga memperluas wilayah kekuasaannya di Nusa Tenggara seperti Sumbawa dan sebagian Flores. Dengan demikian, kegiatan perdagangan melalui Laut Flores harus singgah di Makassar. Hal ini ditentang oleh Belanda, karena hubungan Ambon dan Batavia yang telah dikuasai oleh Belanda terhalang oleh kekuasaan Makassar. Keberanian Hasanuddin memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku mengakibatkan Belanda semakin terdesak.

Dalam rangka menguasai Makassar, Belanda melakukan pohtik devide at impora Kesempatan yang baik dalang kelika pada tahun 1660 Raja Soppeng – Bone bernama Aru Palaka yang sedang memberontak kepada Kerajaan Gowa. Karena merasa terdesak Aru Palaka meminta bantuan VOC. Sultan Hasanuddin dapat dikalahkan dan harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Sultan Hasanuddin digantikan putranya yang bernama Mapasomba Namun, ia juga tidak berkuasa lama karena Makassar kemudian dikuasai Belanda, bahkan seluruh Sulawesi Selatan. Kerajaan Makassar mengalami kemunduran setelah VOC berhasil menguasai Sulawesi Selatan.

Kerajaan Ternate dan Tidore

Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Kepulauan Maluku yang sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki sebagai “The Spicy Island”.

Kerajaan Ternate yang besar rupanya tidak disukai kerajaan-kerajaan lainnya, seperti Jailolo, Bacan, Tidore, dan Obi. Itu sebabnya kerajaan itu bersatu dan melawan Ternate. Untungnya peperangan tidak berlangsung lama. Mereka pun berdamai dengan membuat perjanjian di Pulau Mortir sehingga perjanjian itu pun disebut Perjanjian Mortir.

Tampilnya kembali Ternate sebagai pemimpin di wilayah Maluku membuat Perjanjian Mortir tidak berlaku lagi. Konflik pun muncul kembali. Ternate membentuk persekutuan yang disebut UliLima (Persekutuan Lima) serta beranggotakan Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Sebaliknya, Tidore membentuk persekutuan Uli Siwa (Persekutuan Sembilan). Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja pertamanya Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai rajanya.

Ternate dan Tidore awalnya hidup berdampingan secara damai. Namun, setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Bangsa Eropa datang ke Maluku bukan hanya berdagang, tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama Kristen. Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan Hairun (1550-570). Ketika diajak berunding oleh Belanda di Benteng Sao Paulo, Sultan Hairun dibunuh oleh Portugis.

Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali. Sultan Hairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak teriepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Hairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate. la pun mendapat julukan Tuan dari Tujuh Puluh Dua Pulau. Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Pada masa pemerintahan Sultan Nuku, Tidore berhasil memperluas pengaruhnya ke wilayah timur.

Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Sejarah Terbentuknya Kerajaan Makasar Dan Kerajaan Ternate Tidore Bercorak Islam di Indonesia. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya.

Baca Juga :  Proto Melayu dan Deutro Melayu: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Perbedaannya