Homo Wajakensis: Pengertian, Sejarah, dan Ciri-Cirinya

Homo Wajakensis adalah salah satu manusia purba yang ditemukan di daerah Wajak, Indonesia. Sub spesies manusia ini sudah hidup semenjak ribuan tahun yang lalu pada zaman Paleolitikum.

Karena sudah memiliki pola jalan yang tegak dan tulang belakang yang mirip dengan manusia modern, Homo Wajakensis ini sudah termasuk kedalam Homo Erectus yang artinya manusia yang berdiri tegak.

Di Indonesia sendiri, cukup banyak ditemukan berbagai fosil manusia purba yang hidup dari era Pleistosen bawah seperti Meganthropus Paleojavanicus, hingga homo soloensis yang memiliki karakteristik mirip dengan homo wajakensis ini.

Sama halnya dengan manusia purba lain yang telah menjalani kehidupan di zaman praaksara, subspesies homo sapiens ini mewariskan hasil kebudayaan yang hingga kini masih dicoba untuk diekskavasi dan dieksplorasi oleh para arkeolog.

Pengertian Homo Wajakensis

Homo Wajakensis atau kerap disebut sebagai manusia wajak adalah salah satu jenis manusia purba yang tinggal di daerah Wajak, Indonesia.

Manusia ini memiliki ciri-ciri khas dan membuatnya berbeda dari spesies lainnya sehingga tengkorak-tengkorak yang pernah ditemukan juga terlihat lebih spesifik.

Homo Wajakensis bisa diartikan sebagai manusia purba atau jaman dahulu yang pernah hidup di negara Indonesia. Lebih tepatnya ditemukan di kawasan Jawa Timur yakni Tulunggagung.

Van Reitschoten menjadi penemu dari manusia purba jenis ini. Menurutnya Homo Wajakensis memiliki pengertian sebagai orangtua atau nenek moyang yang pernah menjalani kehidupan di Indonesia.

Manusia ini sudah mampu berdiri tegak dan juga memiliki ukuran otak yang cukup besar, sehingga lebih mirip dengan manusia modern ketimbang manusia primitif seperti Meganthropus Paleojavanicus ataupun Pithecanthropus Erectus.

Sejarah Homo Wajakensis

Sejarah Homo Wajakensis

Fosil dari Homo Wajakensis pertama kali ditemukan oleh ilmuwan yang bernama Van Reitschoten pada tanggal 24 Oktober 1888. Penemuan ini ada di sebuah ceruk dari lereng pegunungan karst yang ada di Kecamatan Campurdarat bagian Barat Laut.

Kemudian pada tanggal 13 Desember 1888 Van Reitschoten membeberkan bahwa fosil tengkorak tersebut bisa ditemukan pada saat eksplorasi pertambangan marmer.

Pada saat itu kondisi tengkoraknya dikatakan tak terbentuk lagi alias hancur, namun masih ada sisa empat gigi geraham yang menempel tepat di geraham.

Tanggal 21 Desember 1888 Sluiter mengirimkan kabar kepada Eugene Dubois yang ketika itu masih melakukan penelitian di wilayah Sumatera. Kesimpulan yang dikatakan oleh Dubois fosil manusia wajak tersebut lebih mirip dengan tipe Papua daripada tipe Malay.

Temuan wajak ini memperlihatkan bahwa sekitar 40.000 tahun silam Indonesia sudah dihuni oleh homo sapiens yang rasnya tidak mudah untuk dicocokkan dengan ras-ras utama yang ada di jaman sekarang.

Diperkirakan Homo Wajakensis memiliki ras Sub-Melayu dan juga mengalami revolusi menjadi ras Austromelanesoid.

Perjuangan Menemukan Homo Wajakensis

Perjuangan penemu yang berhasil mengantongi fosil-fosil manusia purba tidaklah mudah. Setelah Van Reitschoten, pada tahun 1889 ada pula seorang peneliti bernama Eugene Dubois di daerah Wajak, Jawa Timur. Pencarian ini terus dilakukan guna memperoleh sisa-sisa fosil dari manusia Wajak itu sendiri .

Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpuan bahwa adanya struktur tengkorak yang tidak sama dengan tengkorak masyarakat yang tinggal di Indonesia.

Homo Wajakensis sangat mirip dengan orang tua Australia. Oleh karenanya Dubois mencurigai manusia purba wajak ini masih satu ras dengan Australoide.

Kemudian manusia wajak ini lebih meluas lagi ke kawasan Barat dan Timur benua Australia.

Hal ini disebabkan bentuk rahang bawah dan atasnya lebih mirip dengan nenek moyang yang ada di Australia. Menurut beberapa ahli wajak sangat dominan dengan homo soloensis yang sudah lebih dahulu ditemukan oleh peneliti.

Perilaku Sehari-Hari

Jika dibandingkan dengan manusia purba lainnya Homo Wajakensis bisa dikatakan paling muda karena perilakunya lebih menyerupai manusia jaman sekarang.

Hal ini bisa dilihat dari perilaku sehari-hari dalam mengkonsumsi makanan yakni dengan cara memasaknya terlebih dahulu.

Meskipun masih sangat sederhana akan tetapi sungguh pernyataan ini menjadi bukti kuat bahwa sudah ada perkembangan cara bertahan hidup dari manusia purba. Adapun peralatan-peralatan yang digunakan juga lebih halus karena diasah terlebih dahulu sebelum digunakan.

Kebudayaan Homo Wajakensis

Kebudayaan Homo Wajakensis

Manusia Wajak memiliki 2 kebudayaan yakni kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kedua jenis kebudayaan ini melekat pada manusia wajak dan juga dekat dengan sub spesies manusia Homo Soloensis.

Kebudayaan Pacitan

Pada kebudayaan Pacitan ada sejumlah perkakas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun alat-alat tersebut terdiri dari kapak genggam, kapak penetak, pahat penggenggam, dan masih banyak lagi lainnya.

Artefak-artefak ini ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1935 di pesisir danau Baksoko, desa Puncung, Pacitan, Jawa Timur.

Kebudayaan Ngandong

Kebudayaan Ngandong merupakan kebudayaan kuno yang ditemukan di daerah Ngandong, Jawa Timur. Pada kebudayaan ini, ditemui berbagai peralatan berukuran mini yang berbahan dasar batu dan sering disebut sebagai serpih atau flake.

Selain itu ada juga sejumlah penemuan alat serupa yang terbuat dari tulang ataupun tanduk hewan yang sudah dibentuk dan dipahat.

Ciri-Ciri Homo Wajakensis

Ciri-Ciri Homo Wajakensis

Dalam mengidentifikasi dan juga mengelompokkan manusia purba, setidaknya terdapat beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi homo wajakensis.

Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang harus kalian ketahui

  • Memiliki tinggi kisaran 1,30 meter sampai 2,10 meter
  • Kapasitas volume otak mencapai 1.630 cc
  • Tulang dahi panjang
  • Bagian tubuh tertentu terlihat menonjol
  • Berat badan kisaran 30 kg sampai 150 kg
  • Perlekatan otot sangatlah nyata
  • Hidung dan mulut memiliki jarak yang cukup jauh

Agar kalian lebih paham maksud dari setiap ciri-ciri tersebut, maka kita akan membahas secara lebih detail setiap ciri diatas.

Tinggi Badan 1,30 meter Hingga 2,10 meter

Homo Wajakensis memiliki tinggi badan yang relatif mirip dengan manusia jaman sekarang yakni 1,30 sampai 2,10 meter. Itu artinya postur ini tidaklah sebesar penemuan-penemuan sebelumnya sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia purba jenis ini sudah mengalami perubahan bentuk tubuh secara signifikan.

Kapasitas Volume Otak Mencapai 1.630 cc

Volume otak yang ada pada manusia wajak ini mencapai 1630 cc. Dengan begitu dapat diartikan bahwa manusia wajak mampu berpikir lebih kreatif dan cerdas dalam memanfaatkan sumber daya alam sekitar.

Hal ini bisa dibuktikan adanya perkakas-perkakas halus yang dipakai untuk memasak dan berburu.

Ukuran otak 1.630 cc ini jauh lebih besar dibandingkan dengan meganthropus paleojavanicus ataupun manusia-manusia purba yang sebelumnya.

Tulang Dahi Panjang

Adapun tulang dahinya berukuran panjang dengan bentuk pipi yang menonjol ke samping. Jika diperhatikan memang manusia purba satu ini sudah mencerminkan orang-orang saat ini, dan tidak lagi seperti gorilla ataupun kera.

Baca Juga :  Penjelasan Lengkap Proses Awal Masuknya Agama Islam Di Indonesia

Bagian Tubuh Tertentu Terlihat Menonjol

Pada tubuh Homo Wajakensis terdapat bagian-bagian tertentu yang menjadi ciri khasnya.

Diantaranya ialah bentuk tulang dengan kapasitas besar dan dilengkapi otot-otot kuat, dahi yang menonjol ke dalam, serta wajah yang horizontal dan terkesan melebar.

Berat badan kisaran 30 kg sampai 150 kg

Pada umumnya manusia wajak ini tidaklah sebesar apa yang dipikirkan oleh orang-orang masa sekarang. Pasalnya setelah diteliti memperoleh hasil bahwa berat badan yang dimilikinya hanyalah kisaran 30 kg sampai 150 saja.

Tentulah ukuran-ukuran ini tidak jauh berbeda dengan berat badan manusia pada umumnya. Berbeda dengan Meganthropus Paleojavanicus yang memiliki ukuran dan berat badan sangat besar.

Perlekatan Otot Sangatlah Nyata

Ciri satu ini lebih dominasi oleh laki-laki dimana perlekatan otot sangat nyata sampai langit-langit dalamnya. Artinya, manusia ini memiliki struktur otot yang cukup kentara dan kekar.

Selain itu, rahang bawah beserta gigi nya berukuran cukup besar sehingga jika menutup maka wajah atas akan bersentuhan dengan muka bagian bawah.

Jarak yang Jauh antara Hidung dan Mulut

Pada bagian hidung manusia purba wajak tidak terlalu melebar dan masih memiliki jarak yang cukup jauh dengan mulut. Jadi bentuk dari hidungnya lebih kelihatan, begitupun dengan mulutnya.

Dari sini sudah bisa terlihat jelas bahwa manusia sekarang merupakan wujud reformasi dari Homo Wajakensis. Atau mungkin bahasa lainnya adalah penyempurnaan dari sub spesies manusia ini.

Itulah penjelasan secara keseluruhan mengenai Homo Wajakensis yang pernah hidup di negara ini.

Meskipun para peneliti tidaklah melihat secara langsung bentuk fisiknya akan tetapi dari sejumlah fosil yang berhasil ditemukan dapat memberikan gambaran cukup spesifik terkait wujud dari manusia purba jenis ini.