Dolmen: Pengertian, Sejarah, Ciri-Ciri, dan Fungsinya

Dolmen pada dasarnya adalah sebuah artefak sejarah zaman batu yang berbentuk meja batu besar. Artefak ini digadang-gadang berasal dari zaman megalitikum awal, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Bagi Anda yang sering membaca buku-buku terkait sejarah, mungkin sudah tidak asing lagi dengan dolmen dan artefak-artefak peninggalan zaman batu.

Berikut ini ada pembahasan lengkap mengenai apa itu dolmen, sejarah, ciri-ciri, beserta fungsinya!

Pengertian Dolmen

Dolmen merupakan sebuah meja yang terbuat dari batu dengan fungsi sebagai tempat meletakkan sesaji yang akan diberikan kepada roh-roh nenek moyang.

Bentuk dari batu ini bermacam-macam ada yang besar, kecil, ataupun sedang. Semuanya bergantung kepada kebutuhan dan juga fungsi spesifik dari dolmen tersebut.

Artefak ini ditinggalkan oleh kebudayaan manusia pada zaman megalithikum dan pada umumnya terbuat dari lempengan batu yang berbentuk lempengan horizontal dengan ukuran yang besar.

Tumpuan yang digunakan untuk menyangga yakni dua batuan atau lebih lempengan yang berdiri tegak.

Struktur ini bermanfaat sebagai ruang untuk pemakaman ataupun situs pemujaan-pemujaan kuno seperti Dewi Kesuburan bumi, dan lain sebagainya.

Dolmen bisa juga digunakan sebagai tempat pemujaan dan pengingat untuk para leluhur yang dianggap sudah pergi meninggalkan jasadnya namun masih berada di sekitaran kehidupan anggota suku.

Definisi dolmen menurut Merriam-Webster dictionary adalah

Suatu monumen yang dalam makna sejarah berupa dua ataupun lebih batu-batuan tegak yang menjadi pendukung dari lempengan batu horizontal. Penemuan utamanya ada di Inggris dan Perancis serta sering dianggap sebagai kuburan.

Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dolmen bisa didefinisikan sebagai

Peninggalan kuno berupa monumen yang berbentuk meja batu datar dengan ditopang oleh tiang-tiang yang terbuat dari batu pula. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan yang dilakukan oleh para peneliti.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dolmen adalah sejenis meja batu besar dari zaman megalitik yang berguna untuk menaruh sesajen ataupun sebagai tempat religius dan makam bagi para leluhur.

Sejarah Dolmen

Sejarah Dolmen

Penemuan dolmen sebenarnya tidak hanya di wilayah Indonesia saja melainkan ada di beberapa belahan dunia seperti Eropa dan Afrika. Namun pembahasan kali ini lebih terfokuskan pada penemuan dolmen di wilayah tanah air Indonesia.

Para peneliti menemukan tempat pemujaan kuno satu ini di Sumberjaya, Lampung Barat.

Panjangnya mencapai 3,25 m, dengan lebar 1,45 m dan tinggi 1,15 m. Bentuknya lebih mirip dengan meja batu karena ada penyangga berupa batuan-batuan berukuran besar dan kecil.

Diamati dari bentuknya arkeolog menyimpulkan bahwa benda ini merupakan peninggalan dari hasil kebudayaan Megalithikum.

Dengan begitu bisa disimpulkan bahwa dolmen selalu berhubungan dengan kepercayaan antara kehidupan dan kematian terhadap kesejahteraan anggota masyarakat dan kesuburan tumbuhan.

Benda ini menjadi sebuah perantara untuk mengadakan upacara-upacara sakral seperti pemujaan terhadap roh leluhur.

Menurut pengamatan yang dilakukan oleh ahli bentukan dari peninggalan Dolmen yang memiliki kualitas konservasi paling baik adalah penemuan di Batucawang.

Di daerah ini, ditemukan dolmen yang memiliki papan batuan berukuran 3×3 meter serta ketebalan 7 cm. Dari sini bisa diketahui bahwa setiap daerah mempunyai bentuk dan ukuran dolmen yang berbeda-beda.

Ada pula dolmen yang dianggap memiliki daya tarik tinggi, artefak ini ditemukan di Pulau Sumba.

Dolmen ini memiliki ukuran yang sangat besar bahkan mempunyai berat hingga berton-ton dan ketika pendiriannya juga membutuhkan upacara tertentu terlebih dahulu.

Selain itu, ada pula dolmen yang diduga menjadi makan karena terdapat tulang belulang manusia didalamnya. Artefak ini ditemukan di wilayah Tegurwangi.

Terkadang, ada dolmen yang disandingkan dengan menhir dan menjadi serangkaian objek dalam ritual religius setempat. Peninggalan sejarah ini ditemukan di Pamatang dan pulau Panggung.

Selain dolmen-dolmen yang cukup terkenal tersebut, artefak ini juga dapat ditemukan di sekitar wilayah Nanding, Pajarbulan, Tangjungara, Tanjungsakti, Gunungmegang, Pagerdewa, serta pulau Sumbawa.

Berdasarkan penelitian para arkeolog, dolmen diduga muncul pada zaman megalitikum awal. Pada masa ini, meskipun masyarakat masih ada pada masa pra aksara, mereka sudah mulai mengenal bercocok tanam dan memiliki struktur sosial yang sangat sederhana.

Kepercayaan Kuno

Masyarakat mulai mengenal dolmen dimulai ketika masa bercocok tanam karena di fase ini sudah ada perkembangan-perkembangan yang cukup signifikan terhadap kehidupannya.

Pada waktu itu nilai hidup semakin maju sehingga manusia tak lagi bergantung kepada alam dan sekitarnya namun bisa aktif mengelola sumber daya alam tersebut.

Kebudayaan bercocok tanam ini juga menjadi pendorong terbentuknya struktur sosial primitif pada kelompok-kelompok manusia purba.

Salah satu struktur sosial yang sangat menonjol adalah kepercayaan bahwa roh seseorang yang sudah meninggal tidaklah langsung lenyap dan masih menjadi pengaruh bagi kehidupan manusia.

Roh dianggap mempunyai kehidupan sendiri di suatu alam tertentu dan dapat membantu kehidupan manusia. Sehingga, muncul-lah kepercayaan awal yaitu animisme dan dinamisme.

Kepercayaan ini akan terus dibawa oleh manusia purba tersebut hingga ke zaman perundagian ketika struktur sosial masyarakat dan teknologi mereka sudah semakin canggih.

Ciri-Ciri Dolmen

Ciri-ciri Dolmen

Meja batu ini memiliki beberapa ciri-ciri yang dapat kalian gunakan untuk mengidentifikasi dan membedakannya dari artefak-artefak sejarah lainnya. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah

  • Berbahan dasar balok atau lempeng batu
  • Memiliki rongga ruangan didalamnya
  • Memiliki bagian dasar
  • Bentuknya mirip dengan meja

Agar kalian lebih paham, kita akan membahas secara lebih detail setiap ciri-ciri tersebut dibawah ini

Berbahan Dasar Balok atau Lempengan Batu

Dolmen mempunyai ciri khas yang sangat spesifik karena terbuat dari bahan dasar batu yang berbentuk balok ataupun lempengan.

Ciri inilah yang membuat dolmen terlihat besar dan memiliki berat hingga ber ton-ton. Selain itu, konstruksi dari balok juga membuat dolmen terkesan blocky dan kurang elegan garis-garisnya.

Meskipun begitu, konstruksi dari batuan balok ini menyebabkan dolmen menjadi sangat kokoh, sehingga hingga sekarang, masih banyak peninggalan dolmen yang dapat kalian lihat.

Mempunyai Ruangan

Dilihat dari pemanfaatannya, benda sejarah ini kerap kali menjadi tempat untuk meletakkan mayat. Hal ini dapat kita lihat dari penemuan tulang belulang manusia pada salah satu dolmen.

Sehingga, tak heran jika di dalamnya ada bagian ruangan yang berguna untuk mempermudah masyarakat ketika ingin mengubur orang yang sudah meninggal.

Memiliki Bagian Paling Dasar

Untuk mendirikan benda ini harus ada penyanggahnya yang terbuat dari batu-batuan pula pada bagian bawahnya sebagai fondasi.

Oleh karena itu, di bagian paling dasar ada sebuah lempengan horizontal yang diletakkan di atas dengan dua batu yang diposisikan dalam bentuk vertikal.

Nama dari bagian dasar ini adalah Trilithic dan berfungsi sebagai tatakan atau pondasi dari dolmen itu sendiri.

Bentuknya yang Mirip dengan Meja

Jika kalian masih bingung cara mengidentifikasi dolmen, ingat saja bahwa artefak peninggalan sejarah ini memiliki bentuk yang sangat mirip dengan meja.

Jika kalian menemukan sejenis meja dari batu yang berukuran besar dan terdiri dari balok-balok batu. Maka kalian dapat mengatakan dengan pasti bahwa itu adalah Dolmen.

Namun, jangan sampai kalian tertukar dengan sarkofagus ataupun waruga ya teman teman!

Fungsi-Fungsi Dolmen

Fungsi Dolmen

Secara umum, fungsi utama dari dolmen adalah sebagai tempat peletakkan sesaji untuk menghormati roh-roh nenek moyang. Dolmen ini memiliki peran yang penting dalam kebudayaan zaman batu, sama seperti menhir.

Baca Juga :  Zaman Besi: Pengertian, Sejarah, Ciri, dan Peninggalannya

Berikut ini adalah fungsi-fungsi yang dijalankan oleh dolmen

  • Sebagai tempat pemujaan
  • Tempat pemakaman
  • Menaruh sesajen

Agar kalian lebih paham, kita akan membahas satu per satu fungsi tersebut dibawah ini

Menjadi tempat Pemujaan

Artefak batu yang kokoh ini termasuk ke dalam bukti sejarah jaman Megalitihkum, dimana pada masa itu kepercayaan akan roh leluhur dan orang yang sudah meninggal tidak boleh disepelekan.

Oleh karenanya banyak peralatan dari batuan yang dibentuk sebagai tempat pemujaan. Dolmen merupakan salah satu dari beberapa artefak-artefak batu yang juga berperan sebagai lokasi pemujaan.

Sebagai Tempat untuk Pemakaman

Pada jaman dahulu jika ada orang yang meninggal dunia baik itu kerabat maupun tetangga pasti tidak dikubur di dalam tanah. Melainkan diletakkan pada benda-benda yang sudah dibuatnya seperti dolmen.

Selain dolmen, ada pula sarkofagus dan waruga yang digunakan sebagai tempat pemakaman manusia purba.

Hal ini dikarenakan kepercayaan akan kematian yang masih berhubungan dekat dengan kehidupan sangatlah erat. Sehingga masyarakat percaya jika jenazah tersebut diletakkan pada tempat suci maka arwahnya bisa hidup di alamnya dengan layak.

Selain itu orang-orang tersebut juga meyakini akan penghormatan yang dilakukannya itu akan berimbas baik terhadap kehidupannya.

Tempat Menaruh Sesaji

Meskipun tergolong masyarakat yang primitif namun setiap suku dan adat selalu melaksanakan upacara-upacara keagamaan sesuai dengan kepercayaannya.

Tentu saja hal ini tidaklah dilakukan dengan tangan kosong, melainkan setiap keluarga akan membawa sesaji sesuai dengan syarat dari ketua adatnya.

Biasanya sesaji untuk upacara ini diletakkan pada batuan yang dianggap sakral, dan berfungsi untuk diberikan kepada roh leluhur. Harapannya, sesaji ini dapat menyenangkan roh leluhur sehingga diberikan bantuan.

Proses peletakkan ini juga menyesuaikan dengan tata cara yang sudah ditentukan oleh kelompok masing-masing, jadi tidak boleh sembarangan.

Demikianlah penjelasan mengenai pengertian, ciri-ciri, fungsi, dan sejarah dari peninggalan artefak kuno ini.

Dari ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa sejak dahulu kala ternyata sudah ada yang namanya kepercayaan dan hal ini tentu saja sangat mempengaruhi setiap keyakinan dari daerah-daerah sampai masa sekarang.