5 Tokoh Utama Pemberontakan APRA

Peristiwa APRA atau Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil terjadi pada tanggal 23 Januari 1950 di kota Bandung.

Pada peristiwa ini, kelompok milisi yang dipimpin oleh Kapten KNIL Raymond Westering masuk ke kawasan tersebut dan melakukan pembantaian terhadap orang-orang berseragam TNI yang ditemui.

Dibalik kejadian ini ada 5 tokoh utama yang menjadi kunci dari pemberontakan APRA.

Aksi dari gerombolan ini sudah direncanakan sejak berbulan-bulan lamanya. Bahkan pihak pimpinan tertinggi dari militer Belanda pun sudah mengetahuinya.

Dibawah ini, kita akan membahas 5 tokoh yang berperan penting dalam pemberontakan brutal ini.

5 Tokoh Utama Pemberontakan APRA

Secara umum, terdapat 5 orang yang memiliki peran sentral dalam menjalankan pemberontakan APRA in. Kelima tokoh tersebut adalah

  • Kombes Jusuf
  • Sultan Hamid II
  • Anwar Tjokroaminoto
  • RAA Male Wiranatakusumah
  • Raymond Westerling

Agar kalian lebih paham, kita akan membahas satu per satu tokoh yang terlibat pada pemberontakan APRA dibawah ini

Sultan Hamid II

Sultan Hamid II adalah tokoh APRA

Syarif Abdul Hamid Al Kadrie merupakan nama asli dari Sultan Hamid II, beliau merupakan putra sulung dari Sultan Pontianak ke-6.

Namun gelarnya berubah menjadi Sultan Hamid II, pada tanggal 29 Oktober 1945 setelah diangkat untuk menjadi pengganti ayahnya sebagai sultan pontianak.

Syarif dibesarkan oleh ibu angkatnya yang bernama Catherine Fox beserta suaminya Edith Maud Anteis.

Oleh karenanya sejak kecil Sultan Hamid II sudah lancar berbahasa Inggris dan mempunyai pola kehidupan layaknya orang-orang Barat. Sultan hamid ini sejak kecil sudah terpapar dengan globalisasi dan dunia luar.

Tahun 1937 ketika Indonesia masih dalam penjajahan Belanda beliau lulus dari KMA, tentunya dengan pangkat Letnan pada Tentara Hindia Belanda. Kemudian setelahnya Sultan Hamid II masuk ke dalam anggota KNIL Belanda dengan menggandeng pangkat Letnan dua.

Menjadi orang Indonesia pertama yang mempunyai pangkat tinggi dalam dunia kemiliteran membuat karirnya maju dengan pesat.

Bahkan pria berketurunan Indonesia Arab ini juga menjabat sebagai menteri dalam pemerintahan Soekarno atau Presiden pertama Republik Indonesia.

Jasanya yang sangat dikenang yakni Sultan mampu merancang lambang negara Indonesia yakni Burung Garuda. Namun tak disangka beliau masuk menjadi tokoh pemberontakan APRA yang kemudian menjadi pencoreng nama baiknya yang seharusnya sebagai pahlawan Indonesia menjadi pemberontak dan penghianat.

Sultan Hamid II sudah terbukti bersalah karena menjadi dalang dan tokoh pemberontakan APRA di Bandung.

Kudeta yang bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan dengan membunuh warga sipil atau tentara membuatnya harus ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara.

Penangkapan ini terjadi ada tanggal 4 April 1950, yakni beberapa bulan setelah kudeta yang dilakukannya mengalami kegagalan.

Upaya pemberontakan RIS ini memberikan sinyal kepada komunitas internasional, Belanda, dan juga Indonesia bahwa sistem negara serikat berupa RIS tidak cocok diterapkan di Indonesia.

Komisaris Besar Jusuf

Komisaris Besar Jusuf menjadi salah satu tokoh kunci pada pemberontakan APRA. Dahulunya beliau merupakan seorang yang berada di satu barisan dengan tentara Indonesia.

Namun karena tidak menyetujui beberapa kebijakan-kebijakan pemerintahan pada saat itu, Jusuf berubah menjadi penghianat.

Tidak banyak sumber yang bisa menceritakan kehidupan dari Komisaris Besar Jusuf, baik sebelum melakukan pemberontakan ataupun sesudah pemberontakan APRA.

Namun ada satu bukti yakni berdasarkan informasi dari Intelejen yang menyebutkan bahwa beliau masuk ke dalam tokoh pemberontakan APRA dan ikut ke Bandung.

Untuk penangkapannya sendiri tidaklah dilakukan secara langsung ketika pemberontakan terjadi. Penangkapannya baru terlaksana beberapa bulan setelah pemberontakan APRA selesai ditumpas.

Anwar Tjokroaminoto

Anwar Tjokroaminoto merupakan salah satu tokoh APRA

Anwar Tjokroaminoto adalah perdana menteri ke-3 negara Pasundan atau Jawa Barat yang sudah menjabat sejak bulan Juli tahun 1949, sejak Indonesia dibentuk menjadi negara serikat.

Negara bagian yang dipimpinnya ini didirikan oleh pihak Belanda dan merupakan pecahan wilayah di Indonesia yang tergabung dalam Republik Indonesia Serikat (RIS).

Beliau dari awal memang belum memberikan keputusan sedikitpun terkait penggabungan dengan Indonesia dan melebur menjadi NKRI.

Padahal jika diamati dari segi wilayah maka Pasundan masih termasuk kedalam kawasan Divisi Siliwangi serta wilayah jajahan dari Belanda. Jika dilakukan sesuai dengan kesepakatan, seharusnya semua wilayah bekas jajahan Belanda menjadi satu kesatuan dengan NKRI.

Setelah diketahui sebagai tokoh pemberontakan APRA dan menjadi anggota KNIL yang pada saat perang kemerdekaan dinilai sebagai musuh. Perdana Menteri Tjokroaminoto ditangkap oleh pihak yang berwajib.

Setelah ditangkapnya perdana mentri Tjokroaminoto, negara Pasundan yang semula berdiri sendiri resmi bergabung dengan Indonesia dan menjadi negara kesatuan.

R.A.A Male Wiranatakusumah

R.A.A Male Wiranatakusumah merupakan salah satu wakil dari pemerintahan RIS di negara Pasundan.

Tidak banyak referensi yang menyebutkan bahwa beliau terlibat dalam tokoh pemberontakan APRA. Namun ada beberapa orang yang mengaitkan dan menyatakan keikutsertaannya dalam penyerangan tersebut.

Ketika aksi pemberontakan ini terjadi pada bulan Januari 1950, saat itu juga Male Wiranatakusumah mengundurkan diri.

Kemudian tanggal 8 Februari 1950 Sewaka diangkat sebagai pengganti dengan jabatan yang baru yakni menjadi Komisaris RIS di negara Pasundan.

Raymond Westerling

Raymond Westerling adalah salah satu tokoh APRA

Mempunyai nama lengkap Raymond Pierre Paul Westerling, beliau dilahirkan di Istanbul, Kesultanan Utsmaniyah pada tanggal 3 Agustus 1919.

Di Indonesia Westerling menjadi terkenalsetelah peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dipimpinnya di daerah Sulawesi Selatan. Peristiwa ini dikenal sebagai pembantaian westerling.

Bahkan, saat ini di Makassar didirikan sebuah monumen untuk memperingati kekejaman dari Westerling dan penghormatan kepada para pahlawan yang telah gugur dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.

Westerling sendiri selalu menganggap dirinya sebagai Ratu Adil yang sudah tertulis diramalan Jayabaya.

Sampai kemudian beliau membentuk tentara yang diberi nama sebagai APRA atau Angkatan Perang Ratu Adil. Jadi bisa dikatakan orang ini adalah pemimpin pemberontakan tersebut.

Perintah darinya untuk percobaan kudeta di Bandung mengalami insiden kegagalan yakni ketika mencoba menghabisi nyawa dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX atau Menteri Pertahanan Keamanan, Ali Budiardjo, serta Kolonel TB Simatupang.

Kegagalan ini terjadi karena pasukan TNI menyerang balik pasukan westerling dari berbagai penjuru kota Bandung.

Westerling selaku tokoh pemberontakan APRA merasa terdesak kemudian bersembunyi dan dibantu melarikan diri ke Singapura pada tanggal 22 Februari 1950 menggunakan Pesawat Catalina oleh rekan militer Belanda yang ada di Indonesia.

Baca Juga :  Pengertian Genosida, Tujuan dan Contoh Kejahatan Genosida di Dunia Lengkap

Meskipun menjadi pemberontak dan tokoh pemberontakan APRA dan sudah membunuh ribuan nyawa tak berdosa, namun rakyat Belanda menganggapnya sebagai pahlawan.

Entah apa alasan utamanya, yang pasti anggapan ini meluas ke berbagai penjuru negara tersebut.

Bahkan permintaan ekstradisi Indonesia kepada Pengadilan Belanda digagalkan oleh keputusan hakim Mahkamah Agung pada tanggal 31 Oktober 1952.

Oleh karena itu, pemerintahan Indonesia tidak bisa melakukan apapun terhadap tindak kejahatan yang dilakukan oleh Westerling.

Sampai pada akhirnya beliau meninggal dunia di Purmerend, Belanda pada tanggal 26 November 1987.

Meskipun melakukan banyak kegiatan yang keji di tanah Indonesia atas nama ratu adil dan juga tentara KNIL Belanda. Tidak ada hukuman yang dijatuhkan karena perlindungan dari negara Belanda.

Selain ke-5  tokoh pemberontakan APRA yang paling utama di atas sebenarnya masih ada banyak orang yang terlibat. Hanya saja perannya tidak terlalu jelas dan belum ada referensi yang menguatkannya.

Dibalik kejadian ini ada latar belakang yang menungganginya yakni karena ketidakpuasan orang-orang tersebut dengan kebijakan dari pihak pemerintah.