Paham Fisis Determinis dan Possibilisme dalam Geografi

Fisis determinis dan possibilisme adalah 2 sudut pandang filosofis yang kerap digunakan oleh geografer dalam memandang hubungan antara manusia dan lingkungan.

Disini, manusia dan alam dipandang sebagai 2 subjek yang berbeda dan memiliki kekuatan yang berbeda beda pula. Seberapa kuat 1 subjek dalam mempengaruhi subjek lainnya bergantung kepada paham apa yang dianut oleh geografer tersebut.

Fisis Determinisme

Paham Fisis Determinisme

Fisis determinisme merupakan pemahaman geografis yang menyatakan bahwa semua kehidupan manusia dipengaruhi dan bergantung pada lingkungan sekitarnya.

Disini, manusia dianggap dipengaruhi oleh kondisi alam sekitar dan menerima saja apa adanya. Atau, dengan kata lain, manusia tidak bisa menentukan jalur hidupnya dan hidupnya ditentukan oleh kondisi alam sekitar.

Umumnya, geografer yang menganut paham fisis determinis menyatakan bahwa manusia dan aktivitas-aktivitas manusia harus selalu ditempatkan sesuai dengan pola alam yang ada disekitarnya.

Secara umum kita dapat merangkum paham fisis determinisme kedalam beberapa nilai sebagai berikut

  • Manusia dipengaruhi oleh alam sekitarnya
  • Manusia tidak bisa menang melawan kekuatan alam yang lebih kuat
  • Aktivitas manusia dapat dijelaskan dengan memahami lingkungan sekitarnya

Disini, aktor utamanya adalah lingkungan sekitarnya, sedangkan manusia dianggap tidak berdaya untuk mengubah lingkungannya.

Pencetus Fisis Determinisme

Beberapa pakar yang menganut konsep fisis determinis antara lain adalah Aristoteles, Carl Ritter, Charles Darwin, Ellesworth Huntington, Alexander von Humboldt, dan Friedrich Ratzel.

Gagasan-gagasan mengenai fisis determinisme dalam geografi yang dicetuskan oleh para ahli tersebut antara lain adalah

  • Aristoteles menyatakan bahwa perbedaan iklim di suatu wilayah akan menyebabkan perbedaan karakteristik orang-orangnya. Contohnya adalah penduduk Eropa yang lebih berani dari Asia karena iklim yang lebih menantang
  • Carl Ritter menganggap bahwa bumi dan segala isinya saling berkaitan. Oleh karena itu, secara logis seharusnya karakteristik-karakteristik manusia yang ada di suatu lokasi memiliki karakteristik yang sama dengan lokasi dimana mereka tinggal.
  • Ellsworth Huntington menyatakan bahwa kondisi cuaca dan iklim di suatu wilayah berpengaruh besar terhadap pola kehidupan manusia di lokasi-lokasi tersebut. Gagasan beliau akan menjadi salah satu pendorong studi iklim dan pengaruhnya pada aktivitas manusia pada abad ke 20
  • Alexander von Humboldt menganggap bumi dan segala isinya adalah sebuah organisme yang besar dan saling terhubung. Disini, Humboldt menganggap bahwa segala aktivitas manusia harus selaras dengan apa yang sudah disediakan dan ditetapkan oleh alam disekitarnya tanpa boleh mengubahnya
  • Friedrich Ratzel menyatakan bahwa pola kehidupan manusia ditentukan oleh faktor-faktor eksternal yang kelak akan menjadi determining factor. Gagasan beliau kelak akan bertransformasi menjadi Lebensraum dimana budaya yang kuat akan mempengaruhi dan mengasimilasi budaya-budaya disekitarnya yang lemah.
  • Charles Darwin dalam teori seleksi alamnya menyatakan bahwa lingkungan akan menseleksi makhluk hidup yang paling kuat sehingga makhluk hidup akan beradaptasi agar bisa hidup di lingkungannya.

Secara umum, para ahli ini menyatakan bahwa setiap aktivitas yang dilakukan manusia tidak mungkin lepas dari pengaruh alam disekitarnya. Selain itu, manusia juga tidak cukup kuat untuk mengalahkan alam, sehingga harus beradaptasi untuk bertahan hidup.

Contoh Penerapan Fisis Determinis

Seperti yang sudah kita ketahui diatas, fisis determinisme banyak membahas mengenai bagaimana alam mempengaruhi aktivitas manusia. Berikut ini beberapa contoh mengenai aktivitas manusia yang terpengaruh oleh alam

Pertanian Hanya Berkembang di Daerah Subur

Pertanian yang terletak di daerah subur adalah contoh fisis determinis

Salah satu contoh fisis determinis yang paling mudah untuk diamati adalah pada aktivitas pertanian zaman dahulu. Aktivitas ini hanya akan ditemukan di daerah-daerah yang memiliki tanah subur dan memiliki akses irigasi yang baik.

Contohnya adalah daerah-daerah sekitar sungai, daerah tropis yang memiliki curah hujan tinggi, serta daerah-daerah lain yang memiliki tanah-tanah subur.

Hal ini terjadi karena saat itu, manusia tidak mampu membangun proyek besar yang dapat mengubah kondisi alam disekitarnya. Semuanya masih dilakukan secara tradisional dan memanfaatkan alat-alat yang seadanya.

Sekarang, manusia dapat membangun bendungan untuk mengairi daerah yang kering. Mengembangkan pupuk dan rekayasa genetika untuk membuat tanaman yang tahan kering dan mampu hidup di tanah tandus. Manusia juga sudah mampu membangun saluran-saluran irigasi skala besar untuk mengairi lebih banyak sawah dari sebelumnya.

Kota-Kota Besar Terletak di Daerah yang Kaya akan Air

Seperti yang kita ketahui, air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan manusia. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk bertahan hidup.

Oleh karena itu, tidak heran jika kota-kota besar zaman dahulu senantiasa terletak di daerah yang kaya akan sumber daya air. Seperti di daerah pesisir sungai, mata air, ataupun di lereng-lereng pegunungan yang memiliki aliran air bersih.

Hal ini terjadi karena pada saat itu sangat sulit untuk membangun saluran air bersih dan fasilitas penyediaan air lainnya jika tidak terdapat sumber air yang dekat. Berbeda dengan saat ini yang sudah jauh lebih maju keilmuan teknik sipilnya dan perancangan kotanya.

Permukiman yang Terletak di Jalur Perdagangan Berkembang dengan Sangat Cepat

Kota-kota yang muncul di jalur perdagangan adalah contoh fisis determinis

Daerah-daerah yang memiliki lokasi strategis tentu saja akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih cepat. Hal ini terjadi karena mereka dapat dengan mudah melakukan perdagangan dengan pihak lain serta membeli sumber daya yang dibutuhkan.

Contohnya pada zaman dahulu adalah Sriwijaya yang terletak di kepulauan Nusantara. Lokasi ini sangat strategis karena menghubungkan perdagangan dari kepulauan-kepulauan di Indonesia dengan para pedagang China, India, dan Arab.

Oleh karena itu, sriwijaya dapat dengan mudah mendapatkan keuntungan dari pajak perdagangan. Selain itu, lapangan pekerjaan juga banyak tersedia untuk pedagang dan kru kapal.

Contoh di zaman Modern ini adalah Singapura dan Indonesia yang memiliki lokasi strategis di antara 2 samudera dan 2 benua. Disini, mereka dapat melayani perdagangan yang berasal dari India, China, Australia, dan Amerika-Eropa.

Karena lokasi yang strategis ini, pelabuhan Tanjung Priok dan Port of Singapore menjadi salah satu pelabuhan paling sibuk di Asia Tenggara. Kedua pelabuhan ini berhasil mendorong perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di kedua negara ini.

Fisis Possibilisme

Fisis possibilisme

Possibilisme merupakan pandangan yang menganggap bahwa manusia mampu mengubah alam disekitarnya agar sesuai dengan kebutuhan manusia. Disini, manusia tidak hanya dianggap sebagai aktor pasif yang hanya menerima nasib, mereka bisa mengubah nasib mereka.

Salah satu pencetus paham possibilisme adalah Paul Vidal de la Blache yang merupakan seorang geografer Prancis dan salah satu tokoh ilmu geopolitik Prancis.

Menurutnya, manusia justru bisa mempengaruhi lingkungan sekitar, berbeda dengan paham Determinisme yang menyatakan manusia sangat bergantung kondisi lingkungan.

Selain itu, alam juga dianggap hanya sebagai pemberi hambatan dan tantangan. Sedangkan, manusia dapat menemukan cara untuk menguasai alam tersebut dengan bantuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Secara umum, gagasan-gagasan yang diutarakan oleh paham possibilisme antara lain adalah

  • Alam menyediakan potensi dan masalah, manusia yang memanfaatkan dan mengatasi hal tersebut dengan kecerdikannya dan teknologi
  • Manusia tidak diperbudak oleh lingkungan sekitarnya, justru kita yang bisa mengubah lingkungan sesuka kita
  • Kondisi lingkungan hanya dianggap sebagai saran, bukan paksaan dalam mengambil keputusan
  • Kecerdikan manusia dan pengembangan teknologi dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dilemparkan oleh lingkungan
  • Apa yang mungkin terjadi dan terbangun di suatu wilayah lebih banyak dipengaruhi oleh biaya tindakan tersebut dibandingkan dengan kondisi lingkungannya

This approach has been criticised on several accounts. For example, despite numerous possibilities, man, has not been able to get rid of the obstacles set by the physical forces. The possibilities may be many in the temperate regions but they are very limited in the deserts, equatorial, tundra, and high mountainous regions.

Contoh Penerapan Fisis Possibilisme

Di zaman yang modern ini, banyak hal yang dahulu tidak mungkin dilakukan sekarang menjadi mungkin dilakukan. Semuanya berkat bantuan teknologi dan ilmu pengetahuan manusia yang senantiasa berkembang.

Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan teknologi oleh manusia untuk menyelesaikan permasalahan yang disebabkan oleh lingkungan disekitarnya.

Bercocok Tanam di Daerah yang Kering

Menurut fisis possibilisme, teknologi dapat mendorong manusia untuk mengubah alam

Seperti yang sudah kita pernah bahas diatas, dahulu, kegiatan bercocok tanam hanya bisa dilakukan di daerah yang subur dan kaya akan air. Hal ini terjadi karena daerah-daerah tersebut memiliki kondisi alam yang baik untuk menunjang aktivitas pertanian dan perkebunan.

Namun, sekarang disadari bahwa kebutuhan akan bahan pangan sudah sangat tinggi, sehingga lahan pertanian dan perkebunan yang ada harus diperluas. Oleh karena itu, lahan-lahan yang tadinya kering kurang cocok untuk pertanian harus dibuat subur.

Hal ini dilakukan dengan cara membangun bendungan dan saluran-saluran irigasi berskala besar untuk mengairi daerah kering tersebut. Selain itu, diberikan juga pupuk-pupuk kimiawi dan organik lainnya untuk memperkaya unsur hara di tanah.

Baca Juga :  Penjelasan Terlengkap Tentang Bentang Lahan Berdasarkan Ketinggian

Dengan proses yang pajang ini, daerah yang tadinya kering dan tidak subur dapat diubah menjadi daerah yang sangat subur dan cocok untuk kegiatan pertanian.

Membangun Perkotaan di Pegunungan

Pada zaman dahulu, sangat sulit membangun perkotaan jika tidak berada dekat dengan sumber air, berada di tanah yang landai, atau dekat dengan lahan yang subur.

Hal ini terjadi karena akan sangat sulit untuk membangun sistem air bersih, sanitasi, dan penyediaan makanan jika tidak dekat dengan sumber air dan lahan yang subur. Selain itu, jika tanahnya tidak landai, maka akan mempersulit pembangunan fondasi bangunan di kota tersebut.

Oleh karena itu, pembangunan kota-kota besar di kawasan pegunungan oleh negara Swiss dan Norwegia menjadi salah satu bukti teknologi dapat mengalahkan keterbatasan yang diberikan oleh alam sekitar.

Kota-kota seperti Geneva, Oslo, dan Bern terletak di daerah dataran tinggi yang memiliki medan kurang bersahabat. Selain itu, daerah ini juga cenderung sulit untuk diakses dari daerah lain.

Teknologi seperti pesawat, pipa-pipa bawah tanah, terowongan menembus gunung, dan kereta cepat memungkinkan kota-kota ini untuk terhubung kepada jaringan kota-kota di Eropa dan diseluruh dunia.

Membangun Kota di Tengah-Tengah Hutan

Pembangunan kota di hutan rimba adalah salah satu contoh fisis possibilisme

Seperti yang sudah dijelaskan diawal, pada zaman dahulu, sangat sulit untuk membangun kawasan perkotaan di hutan-hutan belantara. Hal ini terjadi karena pohon-pohon tersebut akan mempersulit penetapan fondasi bangunan dan mempersulit aksesibilitas.

Selain itu, kota-kota yang berada di tengah hutan juga kerap mengalami kesulitan untuk membuka lahan. Lahan-lahan yang nantinya bisa dijadikan daerah pertanian untuk menghidupi para penduduk perkotaan.

Namun, dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan manusia, hal ini sudah bukan menjadi masalah lagi.

Sekarang, sudah ada alat-alat berat yang membantu untuk membebaskan lahan. Ada pipa-pipa dan jalan raya yang bisa membawa air bersih serta makanan ke kota-kota ini. Serta ilmu konstruksi dan teknik sipil yang sudah sangat canggih.

Dengan inovasi-inovasi ini, kota bisa dibangun dimana saja, termasuk di daerah-daerah yang pada zaman dahulu tidak bisa mendukung adanya kawasan perkotaan.

Bahkan, contoh kota yang dibangun di tengah hutan sudah ada. Brasilia di Brazil dan Tembagapura di Indonesia merupakan contoh kota yang dibangun di tengah hutan-hutan belantara.

Pandangan Neo-Determinisme

Menurut pandangan neo determinisme, alam memberi batasan namun manusia dapat memilih untuk mengikuti atau tidak batasan tersebut

Menurut geografer asal Australia, Griffith Taylor, perkembangan pertanian di Australia, meskipun sudah didukung oleh teknologi, tetap akan dibatasi oleh salah satu faktor iklim yang ada disana, yaitu curah hujan.

Selain itu, arahan-arahan pengembangan yang sudah ada dan dilaksanakan oleh Australia umumnya berpedoman pada batasan-batasan yang sudah ditetapkan oleh alam. Kebanyakan program yang melanggar batasan-batasan ini gagal atau dianggap tidak efektif.

Pemahaman ini dianggap sebagai Neo Determinism atau kerap disebut sebagai Stop-Go Determinism. Disini, dianggap bahwa manusia dapat mengubah alam disekitarnya. Namun, biaya untuk melaksanakan itu akan tinggi, sehingga lebih baik untuk mengikuti kaidah yang sudah ditentukan oleh alam.

Secara umum, gagasan utama dari konsep neo determinisme ini adalah

  • Arahan pembangunan yang paling efektif dan efisien adalah dengan mengikuti arahan-arahan dan batasan-batasan yang sudah ditetapkan oleh alam
  • Setiap tindakan untuk mengubah alam pasti akan ada biayanya, sehingga harus dihitung dan dipikirkan apakah menguntungkan untuk melawan alam atau lebih baik mengikuti saja

Salah satu contoh yang mungkin cukup baik dari Neo Determinisme ini adalah Inggris dan beberapa negara Eropa yang mulai menetapkan sistem manajemen sungai yang mengikuti alam.

Artinya, sungai-sungai yang rawan banjir tidak akan dibendung dan dibangun benteng-benteng Levee di pinggir sungai. Hal ini terlalu mahal dan menghabiskan uang negara. Oleh karena itu, lebih baik area ini dikosongkan dan diubah menjadi kawasan konservasi dan cagar alam.