Masa Perundagian: Pengertian, Sejarah, dan Cirinya

Masa perundagian adalah salah satu periode pada zaman prasejarah dimana manusia mulai mengenal pemanfaatan dan juga pengolahan bahan dari logam.

Kehidupan manusia praaksara perlahan mengalami evolusi seiring ditemukannya bijih logam. Manusia purba memanfaatkan logam sebagai alat untuk bertahan hidup dan menciptakan beragam temuan baru yang lebih berkembang.

Ada juga yang menyebut era perundagian dengan istilah zaman perunggu, pasalnya sebagian pakar mengklasifikasikan perunggu sebagai bagian dari logam.

Tidak salah memang karena dari hasil penemuan yang didapatkan pun terdapat cukup banyak artefak dari olahan perunggu.

Para ahli meyakini manusia prasejarah melakukan pengolahan bijih-bijih logam ini dengan metode a cire perdue dan bivalve. Kedua teknik ini mempermudah pengolahan logam sehingga secara perlahan-lahan menggantikan batu-batuan.

Pengertian Masa Perundagian

Masa perundagian disebut juga sebagai zaman logam, yaitu masa dimana manusia prasejarah telah mengenal bahan logam dan bisa mengolahnya menjadi peralatan untuk bertahan hidup.

Perundagian berasal dari asal kata undagi yang mempunyai arti tenaga ahli. Hal ini didasarkan pada kemampuan manusia praaksara yang telah ahli dalam memproses bijih logam menjadi alat-alat perkakas mereka.

Masa ini masuk kedalam zaman pra aksara dimana manusia masih belum menemukan huruf dan tulisan-tulisan. Oleh karena itu, para peneliti mengetahui masa perundagian ini melalui peninggalan-peninggalan manusia purba.

Namun, masa ini terjadi setelah zaman batu dimana manusia masih menggunakan perkakas batu seperti kapak genggam dan juga kapak perimbas.

Sekarang, manusia sudah mulai menggunakan perunggu dan besi sebagai bahan dasar alat perkakas dan juga senjata mereka menggantikan batu-batuan.

Sejarah Masa Perundagian

Sejarah masa perundagian

Para ahli meyakini bahwa era perundagian terjadi pada tahun 500 sebelum masehi. Manusia yang hidup di zaman ini sudah dapat mengolah bijih logam menjadi peralatan sehari-hari melalui teknik peleburan.

Namun teknik ini belum sempurna dan sehebat sekarang, melainkan masih menggunakan peralatan yang seadanya. Meski demikian, hasilnya luar biasa dan justru bisa bertahan hingga ribuan tahun kemudian.

Dimulainya masa perundagian ditandai dengan mulai dikenalnya bijih logam dan teknik peleburan logam oleh manusia primitif.

Pada masa ini pula terjadi pembaruan beberapa ras manusia prasejarah yang menjalani kehidupan secara berkelompok, yaitu ras austromelanesia dan ras mongoloid.

Kemampuan kelompok ini dalam menciptakan peralatan logam menjadi mula munculnya teknologi undagi. Peralatan logam ini pun meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka dibandingkan dengan manusia purba lain yang masih menggunakan peralatan batu.

Kebudayaan Perunggu

Persebaran kebudayaan perunggu di Indonesia dilakukan oleh ras Deutero Melayu, atau melayu kuno. Kebudayaan perunggu ini mereka bawa dari Dong Son, suatu desa di Lembah Song Hong, yang sekarang berada di daerah Vietnam.

Sejak tahun 1000an SM, desa itu menjadi salah satu pusat kebudayaan perunggu di benua Asia. Oleh karena itu, kebudayaan perunggu ini kerap dikenal sebagai kebudayaan dongson.

Deutero Melayu masuk ke Indonesia sekitar tahun 300 SM dan menyebar ke berbagai pulau sambil memperkenalkan teknologi pembuatan peralatan berbahan perunggu.

Contoh hasil peninggalan Kebudayaan perunggu pada zaman perundagian adalah Nekara, Kapak Corong, Arca perunggu, perhiasan dan senjata perunggu.

Kebudayaan Besi

Kebudayaan besi terjadi ketika keterampilan undagi manusia menjadi semakin maju.

Membuat peralatan dari besi membutuhkan keahlian membuat tanur besi, api yang cukup panas untuk melelehkan besi, membuat cetakan tempat penuangan cairan pijar besi, serta mengolah besi menjadi peralatan yang dibutuhkan.

Kebudayaan besi ini ditandai dengan munculnya profesi pandai besi dalam masyarakat masa undagi.

Peralatan dari besi memang lebih kuat dan lebih tajam jika dibandingkan dengan peralatan berbahan dasar perunggu. Alat yang dibuat antara lain mata tombak, mata panah, cangkul, sabit, dan mata bajak.

Sayangnya, benda peninggalan dari kebudayaan besi tidak banyak ditemukan karena sifatnya mudah berkarat sehingga lebih mudah hancur dibandingkan dengan perunggu. Pada masa itu, belum ditemukan cairan-cairan penghambat oksidasi dan perkaratan pada besi.

Ciri-Ciri Masa Perundagian

Ciri-ciri masa perundagian

Secara umum, terdapat beberapa ciri-ciri kehidupan manusia purba pada masa perundagian. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah

  • Menganut kepercayaan animisme dan dinamisme
  • Bermukim di daerah pegunungan dan dataran rendah
  • Hidup berkelompok
  • Sudah memiliki kemampuan menemukan dan mengolah bijih logam
  • Berkembangnya pengetahuan tentang alam sekitar
  • Mulai bercocok tanam
  • Terbentuk struktur sosial primitif

Agar kalian lebih paham ciri-ciri yang sudah disebutkan diatas, kita akan membahas secara lebih detail dibawah ini.

Menganut Konsep Animisme dan Dinamisme

Manusia purba yang hidup semasa perundagian menganut konsep kepercayaan berupa animisme dan dinamisme.

Animisme ialah mempercayai keberadaan makhluk halus dan roh sebagai sesuatu yang patut dipuja. Umumnya, animisme ini berkaitan erat dengan roh leluhur dan juga hewan-hewan yang dianggap suci.

Sedangkan dinamisme meyakini bahwa benda-benda tertentu di bumi ini mempunyai kekuatan gaib yang bisa mengabulkan permohonan. Contohnya adalah pepohonan dan sejenisnya.

Kedua kepercayaan ini merupakan bentuk dari kepercayaan yang kita sekarang kenal sebagai paganisme.

Bermukim di Pegunungan atau Dataran Rendah

Kehidupan primitif manusia di masa perundagian kebanyakan berpusat pada daerah pegunungan atau dataran rendah.

Jika bermukim di pegunungan, biasanya mereka akan menetap tak jauh dari hutan dan hulu sungai karena banyak makanan yang bisa didapat dari alam. Sedangkan di dataran rendah biasanya tinggal di sekitar bantaran sungai ataupun sumber mata air lainnya.

Kedua hal ini berperan penting dalam mendukung keberlanjutan hidup masyarakat purba pada masa perundagian.

Hidup Berkelompok

Manusia di zaman perundagian sudah mengenal konsep struktur sosial dan hidup bersama-sama dalam sebuah kelompok. Mereka tidak lagi tinggal secara individu, melainkan menetap bersama dengan satu aturan tunggal yang mengikat sebagai kesatuan masyarakat.

Semakin lama kelompok masyarakat ini akan semakin berkembang karena tak jarang terjadi pembauran antar suku. Selain itu, tentu saja akan ada kelahiran anak-anak baru sehingga ukuran kelompok ini perlahan-lahan membesar.

Memiliki Kemampuan Mengolah Perkakas dari Logam

Yang menjadi ciri khas masa perundagian adalah manusia pada era ini mampu menciptakan beragam perkakas dari bahan logam.

Hasilnya berwujud benda-benda yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari atau untuk keperluan upacara adat. Hasil benda-benda ini pun masih bertahan hingga masa modern meskipun sebagian sudah berupa artefak.

Umumnya, manusia purba pada zaman ini menggunakan dua metode yaitu a cire perdue dan juga bivalve untuk mengolah bijih logam menjadi perkakas logam.

Mempunyai Pengetahuan Tentang Alam

Perkembangan ilmu pengetahuan seputar alam sudah terjadi di era perundagian. Manusia sudah mengenal adanya dua musim dan dinamika cuaca serta iklim lokal mereka.

Manusia semasa ini juga sudah mengenali beberapa gejala alam seperti pergantian siang dan malam, adanya angin, dan lain-lain. Manusia purba mengenali tanda-tanda alam jika ingin melakukan aktivitas.

Meskipun begitu, pengetahuan ini belum sampai ranah sains dan pemahaman mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pengetahuan yang ada masih sebatas mengetahui bahwa hal-hal tersebut terjadi dan mempengaruhi dinamika hidup mereka.

Menerapkan Sistem Bercocok Tanam

Manusia primitif di masa perundagian telah mengenal sistem bercocok tanam yang sangat sederhana. Hal ini mendorong mereka untuk menetap dan mulai menggarap lahan-lahan yang relatif subur.

Karena kehidupan mereka sudah tidak nomaden, manusia purba pun mengenal sistem pembagian kerja.

Ada yang bertugas untuk cocok tanam, ada yang mengolah makanan, ada yang memproduksi alat kerja, dan pembagian tugas lain dalam lingkup sederhana.

Hal inilah yang kelak akan mendorong terciptanya tatanan sosial dan struktur sosial pada kelompok-kelompok manusia purba ini.

Mulai Tercipta Keteraturan Sosial

Dari aspek kehidupan sosial, era perundagian sudah ditandai dengan ciri-ciri terciptanya struktur sosial dan juga keteraturan sosial.

Manusia purba pada masa ini mengangkat satu diantara mereka sebagai kepala suku atau pemimpin. Seiring semakin banyaknya jumlah penduduk yang tinggal, maka diperlukan lebih banyak lagi pembagian kerja dan juga posisi-posisi kekuasaan.

Meskipun begitu, secara umum pembagiannya adalah laki-laki berburu atau bercocok tanam, sedangkan perempuan melakukan pekerjaan rumah, mengolah makanan dan kegiatan perdagangan.

Kehidupan Sosial Masa Perundagian

Kehidupan sosial pada masa perundagian

Secara umum, kehidupan sosial manusia purba pada masa perundagian dapat dideskripsikan oleh poin-poin dibawah ini

  • Jumlah penduduk yang tinggal dalam suatu kelompok semakin meningkat seiring dengan pengelolaan pertanian dan perternakan yang semakin berkembang.
  • Manusia purba sudah memiliki pengetahuan mengenai gejala alam dan musim.
  • Ada masyarakat yang muncul dari golongan undagi, yaitu golongan manusia purba yang sangat mahir dalam mengelola benda logam.
  • Dari segi sosial, kehidupan bermasyarakat pada kelompok-kelompok sosial di masa ini sudah semakin teratur. Contohnya adalah sudah diterapkannya pembagian kerja yang jelas dan baik
  • Sitem pembagian kerja antar masyarakat sudah semakin kompleks, yang mana para kaum wanita tidak hanya bekerja di rumah saja, tetapi mereka juga sudah mulai melakukan perdagangan di pasar dan antar kelompok

Jika ditilik lebih lanjut, pola kehidupan tersebut memiliki kaitan yang erat dengan ciri-ciri yang sudah kita bahas pada bagian sebelumnya.

Disini, peradaban manusia sudah cukup maju dan sudah memiliki alat-alat perkakas yang cukup canggih dan terbuat dari logam. Alat-alat baru ini meningkatkan produktivitas dan juga perekonomian manusia pada saat itu.

Kepercayaan Masyarakat Masa Perundagian

Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, terdapat 2 jenis kepercayaan yang secara umum dianut oleh masyarakat pada zaman perundagian. Kedua kepercayaan tersebut adalah animisme dan juga dinamisme.

Meskipun sama-sama merupakan kepercayaan paganisme, kedua kepercayaan ini memiliki beberapa perbedaan.

Animisme

Dalam kepercayaan animisme, masyarakat undagi percaya bahwa roh-roh leluhur mereka masih ada di dunia dan mengawasi setiap gerak-gerik mereka.

Roh-roh leluhur tersebut dipercaya memiliki kekuatan ghaib dan kesaktian tertentu yang dapat membantu manusia. Oleh karena itu, manusia harus senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan para roh leluhur tersebut agar dibantu dan dilancarkan kegiatan sehari-harinya.

Disini juga terdapat kasta-kasta antara roh leluhur, ada yang dianggap tetua ada pula yang dianggap layaknya roh biasa dan tidak banyak pemujanya.

Baca Juga :  Kapak Genggam: Pengertian, Fungsi, dan Persebarannya

Dinamisme

Dalam kepercayaan dinamisme, masyarakat percaya bahwa benda-benda di alam memiliki kekuatan mistis tersendiri. Sama seperti animisme, kekuatan mistis tersebut diharapkan dapat membantu kehidupan manusia sehari-hari.

Contoh dari penyembahan ini adalah kepada pohon besar, batu besar, ataupun kepada senjata keramat yang diyakini memiliki kekuatan ghaib tertentu.

Teknik Pengolahan Logam Masa Perundagian

Pengolahan logam pada masa perundagian

Pada masa perundagian, manusia sudah mengembangkan teknologi untuk mengolah bijih logam menjadi alat-alat perkakas sehari-hari. Pengolahan logam ini dicapai dengan memanfaatkan dua teknik yaitu a cire perdue dan juga bivalve.

A Cire Perdue

Teknik a cire perdue merupakan teknik mencetak cairan logam dalam cetakan-cetakan yang dibuat dari tanah liat.

Pertama, manusia purba membentuk model dari lilin yang kemudian akan dibungkus oleh tanah liat. Ketika sudah mengering tanah liatnya, maka akan dituangkan cairan logam ke dalam lilinnya sehingga lilin mencair dan tergantukan oleh cairan logam.

Ketika cairan logam sudah mengeras dan mendingin, tanah liat tersebut dipecahkan untuk mengeluarkan perkakas logam yang sudah mengeras tadi.

Bivalve

Teknik bivalve merupakan teknik mencetak cairan logam dalam cetakan-cetakan dari batu atau bahan lainnya yang bisa dipakai berulang-ulang kali.

Cetakan ini tersusun dari dua bagian yang memiliki rongga ditengah sehingga dapat dituang cairan logamnya. Ketika cairan logam sudah mengeras dan juga mendingin, kedua bagian ini dapat ditarik untuk mengambil logam yang sudah terbentuk ditengahnya.

Peninggalan Masa Perundagian

Peninggalan masa perundagian

Keterampilan pengolahan logam yang tinggi pada masa perundagian ini menyebabkan masyarakat pra aksara pada zaman ini memiliki banyak sekali peninggalan budaya yang unik dan menarik.

Sumber sejarah peradaban manusia pada masa perundagian antara lain adalah

  • Kapak corong
  • Arca Perunggu
  • Bejana Perunggu
  • Nekara
  • Moko
  • Candrasa
  • Perhiasan

Agar kalian lebih mudah memahami peninggalan-peninggalan tersebut, kita akan membahas secara lebih detail dibawah ini.

Kapak Corong

Kapak corong menjadi salah satu peninggalan era perundagian yang otentik, karena dengan menganalisis dan mengkaji bentuknya, tidak ditemukan perabot lain serupa kapak corong di zaman manapun.

Kapak ini berbentuk seperti corong dengan bilah yang dibuat dari bahan logam. Sebagian lain menyebutnya kapak sepatu, karena bentuknya juga mirip sepatu.

Di bagian corong kapak terdapat tangkai kayu yang menyiku menuju bidang kapak.

Tujuannya untuk memudahkan pada saat digunakan membelah sesuatu. Kapak ini pertama kali ditemukan di daerah Sumatera Selatan, kemudian ada juga yang dijumpai di Selayar, Bali, Sulawesi Tengah, hingga Papua.

Arca Perunggu

Masa perundagian juga meninggalkan jejak peninggalan bersejarah berupa arca perunggu.

Pada zaman perundagian, arca sudah dibuat dari bahan perunggu dan nantinya besi. Bentuknya bisa menyerupai binatang ataupun replika manusia.

Ada yang memiliki pola menari, memanah, menaiki kuda, ada juga yang berdiri. Arca perunggu ditemukan tersebar di Nusantara seperti di Palembang, Riau, Lumajang, dan Bogor.

Bejana Perunggu

Sebelum era perundagian, sebenarnya manusia purba sudah menggunakan bejana dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka memanfaatkannya sebagai tempat untuk menaruh air atau hasil buruan. Namun di zaman perundagian, bejana yang dibuat sudah berupa hasil olahan bahan perunggu.

Bejana yang dibuat pada zaman ini lebih kuat, bentuknya pun lebih cantik dengan pola hias tertentu yang khas di setiap kebudayaan.

Nekara

Nekara merupakan peninggalan hasil kebudayaan masa perundagian yang berbentuk seperti berumbung terbuat dari perunggu. Pada bagian tengahnya berpinggang serta di satu sisi atasnya ada penutup.

Nekara ini umumnya dijadikan sebagai benda keramat yang sering dipakai ketika mengadakan upacara suci, misalnya jika ingin meminta hujan.

Moko

Moko adalah sebuah benda yang bentuknya seperti tambur dengan ciri khas penutup di beberapa bagian.

Jika dibandingkan dengan nekara, bentuk moko lebih ramping dan lebih kecil. Lazimnya moko dijadikan sebagai mas kawin, alat musik, atau benda pusaka yang disimpan baik-baik.

Alat ini ditemukan tersebar di daerah Jawa, Sumatera, Sumbawa, Bali, serta Rote.

Perhiasan

Manusia prasejarah ternyata sudah mempunyai kemampuan untuk menciptakan perhiasan dari bijih logam. Hal ini dibuktikan dengan penemuan artefak perhiasan di beberapa daerah seperti Malang, Bogor, dan Bali.

Perhiasan yang diciptakan ketika era perundagian ini sudah cukup beraneka ragam. Contohnya adalah gelang, bandul, kalung, gelang kaki, dan lain-lain dengan beragam motif sederhana.

Candrasa

Candrasa adalah salah satu peninggalan manusia purba di masa perundagian yang hampir serupa dengan kapak corong, tetapi di satu sisinya memanjang.

Bentuk candrasa lebih indah, karena di beberapa bagian terdapat hiasan ornamen yang cantik. Candrasa ini diyakini berfungsi sebagai simbol kebesaran kepala suku serta dijadikan sebagai alat upacara adat.

Itulah informasi seputar masa perundagian yang terjadi puluhan ribu tahun lalu. Seiring perkembangan pola pemikiran manusia prasejarah, kehidupan mereka pun kian bergeser ke arah yang lebih maju.

Jika dulu alat dan teknologi sederhana dibuat dari tulang binatang yang sudah mati, di era perundagian ini sudah mengenal proses pengolahan logam untuk pembuatan alat lebih praktis.