STEMI adalah fase akut dari nyeri dada yang berlangsung sejak lama dan tidak dapat diatasi dengan pemberian nitrat. Fase ini dapat terjadi saat istirahat maupun sewaktu-waktu yang disertai dengan Infark Miokard Akut dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil.
Menurut American Heart Association (AHA), infark miokard tetap menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Setiap tahun diperkirakan 785.000 orang Amerika Serikat mengalami infark miokard dan sekitar 470.000 orang akan mengalami kekambuhan berulang, setiap 25 detik diperkirakan terdapat 1 orang Amerika yang mati dikarenakan Infark Miokard (AHA, 2012).
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5%, sedangkan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5%. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%), diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Aceh masing-masing 0,7%.
Sementara itu, prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%). Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi di kelompok umur 65–74 tahun, yaitu 2,0% dan 3,6% menurun sedikit di kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi penyakit jantung koroner yang didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0,5% dan 1,5%).
Pengertian STEMI
Segment Elevation Myocardial Infarction (STEMI) adalah sindrom klinis yang didefinisikan sebagai gejala iskemia miokard khas, yang dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi ST yang persisten dan diikuti pelepasan biomarker nekrosis miokard (Setiati, et al. 2015).
Miocardial infarction (miokardial infark) adalah keadaan yang mengancam kehidupan dengan tanda khas terbentuknya jaringan nekrosis otot yang permanen karena otot jantung kehilangan suplai oksigen. Infark miokard juga diketahui sebagai serangan jantung atau serangan koroner (Udjianti, 2010). Miokardial infark adalah kematian jaringan otot miokard. Miokardial infark merupakan sumbatan total di arteri koronaria (Ruhyanudin, 2007).
STEMI adalah fase akut dari nyeri dada yang ditampilkan terjadi peningkatan baik frekuensi, lama nyeri dada, dan tidak dapat diatasi dengan pemberian nitrat, yang dapat terjadi saat istirahat maupun sewaktu-waktu yang disertai infark miokard akut dengan ST elevasi (STEMI), yang terjadi karena adanya trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil (Pusponegoro, 2015).
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa STEMI adalah keadaan yang mengancam kehidupan dengan tanda nyeri dada yang khas dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi ST dan terjadi pembentukan jaringan nekrosis otot yang permanen karena otot jantung kehilangan suplai oksigen, yang disebabkan oleh adanya trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil.
Gejala STEMI
Kondisi tersumbatnya pembuluh darah jantung bisa menimbulkan sejumlah gejala. Namun, gejala tersebut akan bervariasi pada setiap orang. Secara umum, gejala STEMI yang dapat muncul, di antaranya:
- Nyeri dada yang hebat;
- Dada terasa tertekan kuat (seolah seperti ada kepalan tangan di dada);
- Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang, bahu, dan lengan kiri;
- Keringat berlebih;
- Sesak napas;
- Gangguan pencernaan, seperti rasa tidak nyaman di perut dan dada;
- Mual dan muntah;
- Kelelahan dan jatuh secara tiba-tiba;
- Palpitasi (perubahan detak jantung menjadi lebih cepat);
- Sakit kepala;
- Rasa cemas atau gelisah.
Apabila kalian mengalami gejala STEMI yang telah disebutkan—terutama nyeri dada yang parah, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang sesuai.
Penyebab STEMI
Penyebab utama STEMI adalah adanya sumbatan di pembuluh darah arteri. Penyumbatan tersebut terjadi secara total pada pembuluh arteri LAD, RCA, atau LCX. Penyumbatan disebabkan oleh penumpukan plak di pembuluh darah. Plak terbentuk dari lemak dan kolesterol yang terkandung dalam darah. Gumpalan darah juga bisa terbentuk saat plak menumpuk di dalam pembuluh arteri. Ketika pembuluh arteri tersumbat total, otot jantung akan mengalami kerusakan dan terjadilah STEMI.
Faktor Risiko STEMI
Ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko jenis serangan jantung ini. Faktor-faktor tersebut sebenarnya bisa dikontrol untuk mengurangi risiko, tetapi tidak semuanya. Berikut sejumlah faktor yang meningkatkan risiko STEMI.
- Kebiasaan merokok;
- Pola makan yang terlalu banyak mengonsumsi garam, gula, dan lemak;
- Malas bergerak atau tidak pernah berolahraga;
- Konsumsi alkohol secara berlebihan;
- Penggunaan obat-obatan terlarang, seperti sabu dan kokain;
- Pertambahan usia;
- Pria dengan usia 45 tahun ke atas;
- Wanita dengan usia 50 tahun ke atas atau telah mengalami menopause;
- Memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit serupa;
- Genetik atau keturunan.
Diagnosis STEMI
Dokter mendiagnosis STEMI berdasarkan pemeriksaan fisik, hasil elektrokardiografi (EKG), dan pemeriksaan biomarka jantung seperti tes troponin.
- Pemeriksaan fisik: mengevaluasi gejala utama berupa nyeri dada, dan angina, hingga gejala penyerta seperti pusing, sesak napas, dan pingsan.
- Elektrokardiografi (EKG): mengetahui aktivitas kelistrikan jantung untuk mendeteksi ketidaknormalan.
- Tes troponin: pemeriksaan biomarka untuk mengonfirmasi serangan jantung. Kerusakan pada sel-sel jantung membuat jantung melepaskan senyawa bernama troponin.
Jika diperlukan, dokter juga dapat merekomendasikan pemeriksaan tambahan.
Komplikasi STEMI
STEMI dapat menyebabkan komplikasi masalah kesehatan yang lebih parah lagi dan menyerang organ tubuh lain. Berikut merupakan jenis komplikasi yang disebabkan oleh STEMI.
1. Gagal Jantung
Fase akut dan subakut setelah STEMI sering kali terjadi komplikasi berupa disfungsi miokardium. Komplikasi akut yang dapat terjadi berupa kegagalan pompa dengan remodeling patologis disertai tanda dan gejala klinis kegagalan jantung dan dapat berakhir dengan gagal jantung kronik.
2. Hipotensi
Hipotensi akibat komplikasi STEMI ditandai dengan tekanan darah sistolik yang turun dan menetap di bawah 90 mmHg. Kondisi ini dapat disebabkan oleh gagal jantung, namun bisa juga karena hipovolemia, gangguan irama, atau komplikasi mekanis.
3. Kongesti Paru
Kongesti paru akibat komplikasi STEMI ditandai dengan ronki basah paru di segmen basal, menurunnya saturasi oksigen arterial, kongesti paru di rontgen dada dan perbaikan klinis terhadap diuretik, serta terapi vasolidator.
4. Aritmia
Serangan jantung bisa memengaruhi sistem kelistrikan jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur (aritmia). Jika dibiarkan begitu saja, aritmia bisa berkembang menjadi komplikasi yang lebih parah. Dalam beberapa kasus, gangguan jantung ini juga berpotensi mengakibatkan kematian.
5. Henti Jantung
STEMI yang tidak tertangani berpotensi membuat jantung berhenti berdetak. Akibatnya, aliran darah ke otak, organ, dan anggota tubuh menjadi terganggu. Kerusakan permanen di otak, organ, dan anggota tubuh menjadi tidak terhindarkan.
Pada kasus yang parah, henti jantung berisiko menyebabkan kematian pada orang yang mengalaminya. Risiko komplikasi bisa dikurangi dengan melakukan pengobatan sedini mungkin. Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala serangan jantung.
Cara Mengatasi STEMI
Beragam cara dapat dilakukan untuk mengatasi jenis serangan jantung ini. Dokter mungkin akan merekomendasikan operasi, pemberian obat-obatan, atau kombinasi antara keduanya. Beberapa pengobatan yang biasa dilakukan sebagai berikut.
1. PCI Jantung
PCI jantung merupakan prosedur untuk memperlebar pembuluh arteri yang tersumbat. Caranya dengan memasukkan kateter dengan balon ke dalam pembuluh darah. Balon kemudian dikembangkan di dalam pembuluh darah yang tersumbat. Dengan begitu, ukuran arteri menjadi lebih lebar dan aliran darah bisa kembali lancar. Ketika menjalankan prosedur ini, dokter mungkin akan memasang stent. Tabung kecil ini akan menjaga pembuluh arteri tetap terbuka dan mencegahnya tersumbat kembali.
2. Operasi Bypass Jantung
Operasi bypass jantung dilakukan dengan membuat jalur aliran darah baru di dekat arteri yang tersumbat. Umumnya, jalur ini dibuat menggunakan pembuluh darah sehat atau bahan sintetis.
3. Pemberian Obat-Obatan
Untuk mengatasi dan mencegah kambuhnya serangan jantung, beberapa obat mungkin akan diresepkan dokter. Berikut jenis obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien dengan riwayat serangan jantung.
- Beta-blocker: membuat jantung lebih rileks dan melambatkan detak jantung;
- Statin: menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan menghambat produksinya dalam liver;
- Antiplatelet: mencegah penggumpalan darah pada plak yang menumpuk di pembuluh arteri;
- Pereda nyeri: meredakan rasa nyeri akibat serangan jantung;
- Nitrogliserin: memperlebar pembuluh darah sehingga darah dapat kembali mengalir dengan lancar.
Upaya Pencegahan STEMI
STEMI bisa menyerang siapa saja. Untuk mengurangi risiko terkena serangan jantung jenis ini, kalian sebaiknya mulai menerapkan pola hidup sehat dari sekarang. Berikut sejumlah tindakan sederhana untuk mencegahnya.
- Menjaga berat badan tetap ideal;
- Konsumsi makanan bergizi seimbang serta mengurangi gula, garam, dan makanan berlemak;
- Rutin berolahraga, setidaknya 30 menit per hari;
- Tidak merokok, baik aktif maupun pasif;
- Mengobati faktor yang bisa meningkatkan risikonya.
Selain tindakan-tindakan di atas, pastikan untuk selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Dengan begitu, penyakit bisa dideteksi dan ditangani sebelum bertambah parah.
Jangan Tunda Pertolongan Medis
Setiap jenis serangan jantung memerlukan pertolongan medis sesegera mungkin, meskipun gejalanya belum terlihat benar-benar seperti masalah di jantung. NSTEMI dan CAS juga memerlukan penanganan yang sama, meskipun STEMI adalah serangan jantung yang paling berbahaya.
Penanganan pertama yang akan diberikan bagi orang yang mengalami serangan jantung di antaranya:
- Aspirin untuk mencegah penyumbatan darah;
- Nitroglycerin untuk meredakan nyeri dada dan melancarkan aliran darah;
- Terapi oksigen.
Setelah melewati pemeriksaan lebih lanjut dan terkonfirmasi mengalami serangan jantung, akan diberikan resep pengobatan lebih spesifik atau penanganan lain seperti operasi jika diperlukan. Beberapa resep pengobatan yang lebih spesifik bagi penderita serangan jantung, yaitu:
- Clot busters untuk memecah penyumbatan di arteri;
- Obat pengatur tekanan darah untuk mereduksi pekerjaan jantung dan mengendalikan tekanan darah.
- Obat pengencer darah untuk mencegah penyumbatan.
- Statin untuk menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL).
Tentunya dokter akan memberikan pengobatan dengan mempertimbangkan riwayat medis dan gaya hidup seseorang. Jika selama ini kebiasaannya adalah makan sembarangan, merokok aktif, atau kurang bergerak, itu juga masuk dalam konsiderasi dokter.