Hujan Asam adalah presipitasi dengan kadar keasaman yang tinggi. Keasaman yang tinggi ini dapat dilihat dari keberadaan ion hydrogen yang banyak atau nilai pH yang rendah. Karena sifat asamnya, hujan asam memiliki dampak yang buruk terhadap makhluk hidup maupun struktur-struktur buatan manusia.
Hujan asam disebabkan oleh percampuran antara gas sulfur dioksida dan nitrogen dioksida yang bereaksi dengan uap air di atmosfer. Percampuran ini kelak akan menciptakan asam yang reaktif sehingga berbahaya bagi makhluk hidup.
Studi menyatakan bahwa hujan asam dapat merusak hutan, membuat ekosistem perairan menjadi kurang bersahabat bagi makhluk hidup, merusak cat, membuat besi mengalami korosi, dan merusak struktur yang berbahan dasar batuan. Selain itu, hujan asam juga berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan komplikasi penyakit lainnya.
Definisi Hujan Asam
Hujan asam atau acid rain adalah istilah populer yang merujuk kepada deposisi partikel-partikel asam baik itu berupa partikel basah (hujan, salju, awan, kabut, dan embun) ataupun partikel kering.
Secara umum, suatu hujan dikatakan hujan asam apabila pH cairannya kurang dari 7. Air murni yang dianggap netral memiliki pH sekitar 7, sehingga semua partikel yang memiliki pH lebih dari 7 dianggap basa sedangkan partikel dengan pH dibawah 7 dianggap asam.
Air hujan ketika bereaksi dengan karbon dioksida di udara akan menghasilkan asam karbonat, sebuah asam lemah.
H2O (l) + CO2 (g) ⇌ H2CO3 (aq)
Setelah itu, asam karbonat dapat bereaksi kembali dengan partikel air sehingga menciptakan ion bikarbonat (HCO3−) dan hydronium (H3O+)
H2O (l) + H2CO3 (aq) ⇌ HCO3− (aq) + H3O+ (aq)
Meskipun begitu, umumnya air hujan tidaklah murni, terdapat unsur-unsur lain yang mempengaruhi nilai pH nya. Contoh paling umumnya adalah asam nitrat (HNO3) yang diciptakan oleh reaksi petir di awan-awan.
Karakteristik Hujan Asam
Berdasarkan definisi diatas, tentu saja sudah terbayang bukan karakteristik hujan asam akan seperti apa. Berikut ini adalah karakteristik yang hanya terdapat di hujan asam dan tidak terdapat di hujan-hujan lainnya.
- Memiliki pH yang bersifat asam atau dibawah 7. Umumnya dibawah 5.6
- Merusak struktur bangunan, membunuh tanaman, dan mengganggu kesehatan manusia
- Menyebabkan iritasi pada kulit
- Seringkali menyebabkan pusing-pusing jika terkena dalam waktu yang cukup lama
Nah, sekarang kalian sudah terbayang kan bagaimana karakteristik dari hujan asam. Dari segi warna, intensitas, pola, ataupun karakteristik hujan lainnya, tentu saja tidak ada perbedaan dengan hujan pada umumnya.
Untuk rasa, hal ini sangat tergantung dengan kadar keasaman, kalau masih mendekati netral, tentu saja tidak akan ada perbedaan berarti. Namun, jika sudah sangat asam, tentu akan ada perbedaan rasa.
Penyebab Hujan Asam
Hujan asam pada dasarnya disebabkan oleh berkumpulnya asam di atmosfer, terutama dalam awan-awan hujan. Asam-asam ini terbentuk karena adanya akumulasi gas-gas oksida seperti sulfur oksida dan nitrogen oksida di atmosfer.
Secara umum, terdapat 2 sebab Utama terjadinya hujan asam yaitu sebab alami dan yang disebabkan oleh manusia. Berikut ini adalah penjelasan secara lengkapnya.
Hujan Asam Yang Terjadi Secara Alami
Alasan Utama terjadinya hujan asam secara alami adalah aktivitas vulkanisme yang mengeluarkan gas-gas dari dalam perut bumi ke atmosfer. Contohnya adalah fumarol pada kawah Laguna Caliente di gunung Poas yang seringkali menyebabkan hujan asam pada wilayah sekitarnya. Dengan pH sekitar 2, hujan asam ini membuat daerah disekitar gunung Poas tidak dapat ditumbuhi oleh tanaman serta mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.
Gas-gas asam juga dapat terbentuk oleh proses alami lain seperti aktivitas listrik di atmosfer. Badai petir di atmosfer dapat menyebabkan terbentuknya asam nitrat dalam jumlah yang banyak, menyebabkan hujan asam pada wilayah tersebut.
Hujan Asam Yang Disebabkan Oleh Aktivitas Manusia
Salah satu penyebab hujan asam terbesar adalah bahan kimia sulfur dan nitrogen yang berasal dari aktivitas manusia, seperti transportasi, pembangkitan listrik, pertanian dan peternakan, industry, serta perdagangan.
Pembangkit listrik tenaga batubara merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya hujan asam pada suatu lokasi. Gas bekas pembakaran batubara berkualitas buruk seringkali mengandung sulfur, sehinggga menyebabkan terbentuknya zat asam di atmosfer.
Proses Terjadinya Hujan Asam
Dapat kita lihat pada gambar diatas bahwa secara umum, proses terbentuknya hujan asam terbagi menjadi 3 tahap yaitu
- Emisi gas-gas asam (SOx, NOx, COx)
- Reaksi di atmosfer menjadi zat asam (H2CO3, HNO3, dan H2SO4)
- Deposisi zat asam tersebut, baik dalam bentuk cair (hujan, embun) atau padat (salju, deposisi kering)
Selain itu, terdapat pula tahap keempat dimana air hujan yang bersifat asam tersebut mengenai permukaan tanah, tumbuhan ataupun bangunan dan mulai mendisrupsi keseimbangan ekosistem alam. Pada dasarnya, tahap keempat ini adalah perwujudan dari dampak buruk hujan asam pada lingkungan kita.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap mengenai ketiga proses tersebut
Emisi Gas Asam
Aktivitas manusia maupun proses-proses alami mengeluarkan gas-gas asam ke seperti NOx (nitrogen oksida) ataupun SOx (sulfur oksida). Gas-gas ini akan masuk ke atmosfer dan bereaksi dengan gas disana untuk membentuk zat asam. Selain itu, gas karbondioksida (CO2) juga dapat bereaksi dan membentuk zat asam lemah di atmosfer.
Sumber utama dari gas asam ini adalah aktivitas alami seperti vulkanisme, letusan gunung api, ataupun rekahan-rekahan di permukaan bumi yang mengeluarkan gas dari perut bumi. Meskipun begitu, ada juga faktor manusia yang dapat memperparah fenomena hujan asam alami di suatu lokasi.
Semua aktivitas manusia membutuhkan energi, energi tersebut umumnya didapatkan dari pembangkit listrik. Salah satu pembangkit listrik yang sering digunakan di Indonesia adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Pembangkit ini umumnya memanfaatkan pembakaran batubara untuk menghasilkan panas yang nantinya akan digunakan untuk mengubah air menjadi uap. Uap bertekanan tinggi ini kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin yang pada akhirnya akan menghasilkan listrik.
Sayangnya, batubara, terutama yang berkualitas rendah umumnya memiliki kadar sulfur yang tinggi sehingga dapat menghasilkan hujan asam jika dibakar dalam jumlah yang banyak. Untungnya, sekarang sudah ada alternatif-alternatif yang lebih ramah lingkungan dalam bentuk PLTU tenaga gas alam dan biogas. Selain itu, ada pula pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber daya alam terbarukan seperti panas bumi, angin, air, dan matahari.
Selain energi, makanan yang kita makan juga merupakan sumber gas SOx, NOx, dan CO2 yang cukup banyak. Aktivitas pertanian, peternakan, dan pertambakan hewan air tentu saja memiliki dampak lingkungan yang tinggi, terlebih lagi jika aktivitas tersebut merupakan aktivitas intensif yang mementingkan output.
Berikut ini adalah grafik jenis makanan dan berapa gram emisi gas asam yang dikeluarkan tiap kali kita memproduksi protein senilai 100 gram.
Dapat dilihat bahwa daging sapi merupakan makanan yang paling tinggi angka polusinya dengan 343,6 gram SO2 yang terbentuk untuk setiap 100 gram protein. Sedangkan tofu dan kacang-kacangan merupakan makanan dengan polusi paling rendah.
(Nemecek, T; Poore, J. 2018)
JENIS MAKANAN | EMISI GAS ASAM (G SO2 SETIAP 100G PROTEIN) |
---|---|
DAGING SAPI | 343.6 |
KEJU | 165.5 |
DAGING BABI | 142.7 |
DAGING KAMBING | 139.0 |
KEPITING TAMBAK/TERNAK | 133.1 |
AYAM | 102.4 |
IKAN TAMBAK/TERNAK | 65.9 |
TELUR | 53.7 |
KACANG TANAH | 22.6 |
KACANG POLONG | 8.5 |
TAHU/TOFU | 6.7 |
Berdasarkan grafik diatas, kita dapat menilai apakah makanan yang kita makan sudah ramah lingkungan atau belum. Kira-kira, setiap kali kalian makan, berapa nih gas asam yang dikeluarkan ke atmosfer hayoo?
Reaksi di Atmosfer
Setelah gas-gas asam tersebut dikeluarkan oleh aktivitas manusia ataupun aktivitas alami, gas tersebut akan terakumulasi di atmosfer. Saat berada di atmosfer, gas-gas ini akan mengalami reaksi dengan zat lain yang ada di atas sana. Menciptakan zat-zat asam yang terdapat pada hujan asam.
Reaksi Kimia Fase Gas
Dalam fase gas, pada umumnya terdapat dua jenis reaksi, yaitu reaksi sulfur dioksida dan reaksi nitrogen dioksida.
Sulfur dioksida dioksidasi oleh reaksi dengan radikal hidroksil (OH) melalui sebuah reaksi intermolekuler
SO2 + OH· → HOSO2·
Zat kimia HOSO2 akan bereaksi dengan oksigen, membentuk SO3
HOSO2· + O2 → HO2· + SO3
Jika terdapat air, Sulfur trioksida akan dikonversi menjadi asam sulfur dengan cepat
SO3 (g) + H2O (l) → H2SO4 (aq)
Nitrogen dioksida bereaksi dengan OH untuk menciptakan asam nitrat
NO2 + OH· → HNO3
Reaksi Kimia Jika Terdapat Awan
Saat terdapat awan-awan, reaksi yang terjadi pada SO2 lebih cepat dibandingkan dengan reaksi fase gas. Hal ini terjadi karena terdapat butir-butir kecil air di dalam awan yang mempercepat reaksi SO2.
Sulfur dioksida larut didalam air dan terjadi Hidrolisis dalam 3 reaksi ekulibrium, mirip seperti karbon dioksida. Reaksi yang terjadi adalah seperti yang dibawah ini:
SO2 (g) + H2O ⇌ SO2·H2O
SO2·H2O ⇌ H+ + HSO3−
HSO3− ⇌ H+ + SO32−
Selain hidrolisis, terdapat pula reaksi Oksidasi dimana sulfur S(IV) dioksidasi menjadi S(VI). Hal ini akan mendorong terciptanya asam sulfat H2SO4.
Reaksi oksidasi yang paling penting adalah yang terjadi dengan ozone, hydrogen peroksida, dan oksigen. Reaksi dengan oksigen dikatalis oleh zat mangan dan besi yang terdapat di butir-butir air dalam awan.
Deposisi Zat Asam
Setelah terjadi reaksi di atmosfer yang membentuk gas-gas asam, maka zat asam tersebut akan dideposisikan di permukaan bumi. Sejauh ini, terdapat 2 metode deposisi yang sudah dikenal dan diteliti dengan baik. Yang pertama adalah metode deposisi kering dan yang kedua adalah metode deposisi basah.
Deposisi Kering
Deposisi kering terjadi ketika tidak terdapat presipitasi yang dapat membawa zat asam di atmosfer ke permukaan bumi. Deposisi ini terjadi melalui ‘penempelan’ partikel-partikel dan gas asam langsung ke permukaan bumi. Deposisi kering mencakup sekitar 60% dari total deposisi asam dari atmosfer ke permukaan bumi.
Deposisi Basah
Berbeda dengan deposisi kering, deposisi basah terjadi ketika terdapat presipitasi yang dapat membawa zat asam dari atmosfer ke permukaan bumi. Presipitasi yang terjadi dapat berbentuk hujan, salju, ataupun es.
Kadang, setelah terjadi hujan, Udara yang ada terasa lebih segar dan bebas polusi. Hal ini terjadi karena hujan tersebut ‘mencuci’ polusi yang ada di atmosfer, membawanya ke permukaan bumi dalam butir-butir airnya. Inilah kunci dari proses deposisi basah.
Dampak Buruk dari Hujan Asam
Seperti yang sudah kita ketahui, hujan asam identik dengan dampak buruknya. Mulai dari merusak tanaman, mengganggu ekosistem perairan, hingga merusak gedung dan situs-situs buatan manusia. Berikut ini adalah penjelasan lebih mendalam mengenai dampak negative dari hujan asam.
Merusak hutan dan vegetasi alami
Hujan asam dapat merusak tumbuhan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung, hujan asam dapat merusak daun-daun tumbuhan, terutama jika kadar asamnya sangat tinggi. Hal ini dapat mengganggu kemampuan tumbuhan untuk melakuka fotosintesis.
Secara tidak langsung, hujan asam dapat melakukan leaching kepada nutrisi yang ada di tanah, sehingga membuat tanah tersebut tidak subur. Tanah yang tidak subur akan membuat tumbuhan kesulitan untuk menemukan nutrisi yang mereka butuhkan.
Merusak tanah
Komposisi biologi dan kimiawi tanah dapat tergangu oleh fenomena hujan asam. Banyak mikroorganisme dan bakteri yang hidup di tanah tidak mampu menoleransi peningkatan kadar keasaman yang terlalu tinggi. Oleh karena itu, ketika terjadi hujan asam, bakteri dan mikroorganisme tersebut mati.
Ion hidronium yang ada pada hujan asam juga akan menyebabkan leaching atau pelarutan dari bahan kimia berbahaya seperti alumunium kedalam tanah dan air tanah. Leaching juga dapat melarutkan sumber nutrisi tanah seperti magnesium atau malah membuat tanah menjadi asam karena basa kalsium dilarutkan.
2 H+ (aq) + Mg2+ ⇌ 2 H+ + Mg2+ (aq)
Fenomena-fenomena seperti ini dapat mengurangi kesuburan tanah sehingga mempersulit aktivitas pertanian di lokasi tersebut.
Mengganggu ekosistem perairan dan hewan air
Konsentrasi material seperti alumunium dan pH yang lebih rendah akibat hujan asam memiliki dampak negative pada ekosistem perairan. Air yang memiliki pH rendah (bersifat asam) dapat membunuh ikan-ikan serta telur dari ikan tersebut, sehingga mengganggu regenerasinya.
Selain itu, tumbuhan air juga sulit hidup di air yang memiliki kadar keasaman tinggi. Oleh karena itu, hujan asam yang terjadi terus menerus pada suatu lokasi dapat menyebabkan hilangnya biodiversitas lokasi tersebut, karena semua spesiesnya punah dihancurkan oleh tingkat keasaman yang terlalu tinggi.
Kadar keasaman laut yang tinggi juga dapat menyebabkan terumbu karang di suatu lokasi mati, fenomena ini dikenal sebagai coral bleaching. Hal ini sangat berbahaya karena terumbu karang merupakan tempat tinggal dan berteduh bagi beragam hewan laut, sehingga jika mereka mati, ekosistem laut akan terganggu.
Umumnya, kadar keasaman laut tidak dipengaruhi oleh hujan asam yang terjadi di daratan, hujan asam yang terjadi harus dekat dengan pantai atau terjadi deposisi langsung zat asam kedalam lautan.
Meningkatnya keasaman laut
Karena laut sangatlah luas, hujan asam tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kadar keasaman laut. Namun, lama kelamaan, tentu saja asam dari hujan asam dapat mempengaruhi kadar pH laut.
Sama seperti badan air tawar, banyak spesies laut yang tidak tahan terhadap kenaikan kadar asam, sehingga dapat punah. Contoh yang paling jelas adalah rusaknya terumbu karang di berbagai lokasi karena kenaikan suhu air laut dan peningkatan kadar keasaman laut.
Selain itu, hujan asam juga meningkatkan pelarutan mineral-mineral di daratan, sehingga bisa saja komposisi kimiawi di daerah lepas pantai menjadi tidak seimbang setelah fenomena hujan asam. Kandungan bahan beracun seperti alumunium atau sianida yang tinggi dapat membunuh hewan dan tumbuhan.
Merusak bangunan dan struktur buatan manusia
Hujan asam dapat merusak bangunan dan struktur buatan manusia, terutama yang dibangun dengan material mudah terkorosi atau material yang mudah larut oleh cairan asam.
Bangunan-bangunan tua yang dibangun dengan menggunakan batuan kapur dan marmer yang mengandung kalsium karbonat dalam jumlah banyak sangat rawan terhadap hujan asam.
CaCO3 (s) + H2SO4 (aq) ⇌ CaSO4 (s) + CO2 (g) + H2O (l)
Hujan asam bereaksi dengan kalsium yang ada dalam batuan tersebut, melemahkan struktur batuan secara keseluruhan. Ketika terjadi dalam jangka waktu yang lama, bangunan tersebut dapat runtuh karena batu-batu yang menyokongnya sudah terlampau lemah.
Hal ini paling sering terjadi pada marka kubur (gravestone) dan patung-patung yang terbuat dari marmer. Seiring dengan berjalannya waktu, tulisan di marka kubur tersebut semakin tidak terbaca. Selain itu, fitur-fitur halus di patung seperti mata, helaian rambut, dan garis otot pun semakin tidak terlihat.
Zat asam ini juga dapat meningkatkan korosi di material seperti besi dan baja, sehingga melemahkan bangunan yang dibangun dengan material tersebut. Contohnya adalah jembatan atau menara telekomunikasi yang mana besi dan bajanya langsung berhubungan dengan udara luar.
Dampak buruk pada kesehatan manusia
Hujan asam tidak memiliki dampak langsung pada kesehatan manusia karena asam yang terkandung dalam hujan tersebut tidak cukup pekat untuk melukai kulit. Meskipun begitu, paparan yang terlalu lama terhadap air hujan yang bersifat asam dapat menyebabkan kulit gatal-gatal dan iritasi, atau bahkan pusing kepala di beberapa orang.
Selain itu, partikulat yang menyebabkan hujan asam juga memiliki dampak yang berbahaya bagi manusia. Partikulat seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan penyakit paru-paru.
Apakah Hujan Asam Memiliki Manfaat?
Ternyata, meskipun memiliki banyak sekali dampak buruk, hujan asam juga memiliki manfaat. Secara garis besar, terdapat 2 manfaat dari hujan asam
- Memperlambat laju pemanasan global
- Membuat udara lebih segar & mengurangi polusi udara di suatu lokasi
Berikut ini adalah penjelasan secara mendalam mengenai kedua manfaat hujan asam pada lingkungan sekitarnya.
Memperlambat Laju Pemanasan Global
Ternyata, berbeda dengan gas rumah kaca, gas sulfur dapat mengurangi dampak dari pemanasan global lho. Konsentrasi sulfur yang tinggi di atmosfer dapat menyebabkan pemantulan sinar matahari sehingga justru menghasilkan efek pendinginan dibandingkan efek pemanasan.
Salah satu kontributor terbesar efek rumah kaca adalah gas metana. Ternyata, penambahan sulfur pada tanah-tanah basah (wetlands) dapat mengurangi produksi metananya lho. Hal ini terjadi karena bakteri produsen sulfur mengalahkan bakteri-bakteri pemroduksi metana, sehingga produksi metana pun berkurang.
Berdasarkan penelitian terakhir, pengurangan produksi metana ini hampir 30% dari produksi metana awal. Sebuah angka yang cukup besar dan dapat berperan besar dalam mengurangi efek pemanasan global di sekeliling dunia.
Namun, tentu saja lebih baik jika kita menggunakan metode penambahan sulfur yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan hujan asam, seperti penambahan bakteri sulfur langsung pada tanah. Penambahan langsung bakteri sulfur pada tanah dapat mengurangi 24% dari total produksi metana awal pada lahan padi.
Membuat Udara Lebih Segar
Biasanya setelah hujan kita akan merasakan Udara yang lebih segar bukan? Hal ini terjadi karena air hujan bertindak seperti sebuah filter yang mengikat polusi udara. Polusi udara yang ada akan bercampur dengan air hujan lalu turun ke permukaan bumi.
Oleh karena itu, setelah terjadi hujan, udara yang kita hirup umumnya mengandung kadar polutan yang lebih sedikit. Sehingga, kita merasa bahwa udara tersebut lebih segar dan bersih. Tapi jangan salah teman-teman, polutan tersebut gak hilang lho, cuma berpindah lokasi aja, awalnya ada di udara sekarang ada di permukaan bumi dan di perairan.
Cara Mencegah Hujan Asam
Setelah mengetahui dampak negative dan positif hujan asam, kita dapat menarik kesimpulan bahwa dampak negative dari hujan asam sangatlah banyak, sehingga fenomena ini harus kita minimalisir. Secara umum, teknik untuk mengurangi hujan asam ada 3 pendekatan yaitu pendekatan teknis, perjanjian internasional, dan perdagangan karbon.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai strategi-strategi yang dapat ditempuh untuk mengurangi fenomena hujan asam.
Menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang (sulfur) yang rendah
Salah satu penyebab terjadinya hujan asam adalah penggunaan bahan bakar yang mengandung sulfur dalam jumlah besar. Contoh bahan bakar yang mengandung sulfur dalam jumlah banyak antara lain adalah batu bara, bahan bakar solar, dan minyak fuel oil yang umumnya digunakan oleh kapal-kapal pengirim barang.
Ketika bahan bakar tersebut dibakar untuk menghasilkan energi, sulfur yang terkandung didalamnya ikut dilepaskan dalam bentuk partikulat bersama asap dan emisi lainnya. Oleh karena itu, semakin tinggi konsentrasi sulfur yang ada dalam suatu bahan bakar, semakin tinggi pula potensinya untuk menyebabkan hujan asam.
Untuk menanggulangi hal ini, kita dapat menggunakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan memiliki kandungan sulfur yang lebih rendah. Contoh bahan bakar yang memiliki kandungan sulfur rendah antara lain adalah batubara berkualitas tinggi, gas alam, dan biogas. Kita juga dapat menggunakan sumber energi terbarukan seperti tenaga angin, matahari, dan panas bumi.
Menggunakan filter polutan
Jika kita tidak dapat menghindari menggunakan bahan bakar yang mengandung sulfur, maka solusi paling baik untuk menanggulangi hal tersebut adalah melakukan filtrasi untuk mengurangi polutan yang dikeluarkan.
Filter-filter ini dapat dipasangkan pada cerobong asap pabrik dan pembangkit serta pada knalpot dari kendaraan bermotor. Umumnya, filter yang ada bertujuan untuk menangkap polutan seperti sulfur, nitrogen oksida, dan karbon dioksida.
Melakukan kontrol emisi
Kendaraan bermotor yang sudah berumur tua umumnya memiliki system pembakaran yang kurang efisien. Hal ini dapat menyebabkan polusi yang tinggi sehingga menurunkan kualitas udara. Gas polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor salah satunya adalah nitrogen oksida, gas ini dapat menyebabkan hujan asam jika ada dalam jumlah banyak di atmosfer.
Kontrol emisi dan standarisasi berguna untuk mengecek apakah kendaraan tersebut sudah memiliki sistem pembakaran dan filtrasi hasil pembakaran yang sesuai dengan standar tertentu suatu negara.
Oleh karena itu, ketika dilakukan kontrol emisi, kendaraan-kendaraan yang kurang baik mesinnya harus segera diganti. Sehingga mengurangi tingkat polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor.
Hal ini sangat bermanfaat untuk mengurangi polusi dari kendaraan-kendaraan tua dan kendaraan yang dimodifikasi atau dirawat dengan tidak bertanggungjawab.
Pasti sering kan melihat bus antar kota atau bus kota semacam kopaja dan metromini memiliki asap buangan hitam pekat, nah dengan adanya kontrol emisi ini, kendaraan-kendaaraan seperti itu akan dipaksa untuk memasang filter atau mengganti/memodifikasi kendaraannya agar lebih ramah lingkungan.
Perjanjian Internasional
Selain metode-metode pengurangan emisi sulfur secara teknis, diperlukan juga usaha untuk mengurangi sulfur secara politis. Untuk mencapai tujuan ini, perjanjian antar-negara untuk mengurangi polutan Udara memegang peranan yang sangat penting.
Perjanjian seperti 1985 Helsinki Protocol on the Reduction of Sulphur Emissions yang disahkan dibawah Convention on Long-Range Transboundary Air Pollution memegang peranan penting dalam meregulasi polusi yang dapat dihasilkan oleh negara-negara.
Selain itu, Amerika Serikat dan Canada juga telah menandatangani perjanjian penjaminan kualitas udara dalam bentuk Air Quality Agreeent pada tahun 1991. Perjanjian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas udara secara umum di kedua negara tersebut, karena lokasinya yang berdekatan, polusi di Canada dapat secara langsung mempengaruhi Amerika Serikat, begitu pula sebaliknya.
Sayangnya, tidak semua negara meratifikasi dan mengakui adanya perjanjian-perjanjian kualitas udara ini. Selain karena meningkatkan biaya operasional dari pabrik dan pembangkit listrik, penjagaan kualitas udara juga dapat menghambat laju ekonomi karena pabrik-pabrik baru harus memiliki AMDAL, KLHS, atau dokumen sejenis sebelum dapat dibangun. Sebuah proses yang komprehensif dan dapat memakan waktu cukup lama.
Perdagangan Karbon dan Polutan Lainnya
Perdagangan karbon merupakan suatu skema regulasi yang membatasi emisi karbon dioksida atau polutan lainnya dari satu perusahaan atau negara. Negara atau perusahaan akan diberikan kuota jumlah polusi yang dapat dihasilkan. Jika tidak menggunakan sampai habis kuotanya, perusahaan tersebut pun dapat menjual sisanya kepada perusahaan lain.
Dengan adanya insentif ekonomi untuk mengurangi polusi, diharapkan perusahaan-perusahaan akan mulai memikirkan mengenai cara-cara untuk membatasi jumlah polutan yang dikeluarkannya. Hasil akhirnya adalah perusahaan dan pemerintah yang lebih peduli terhadap kualitas lingkungannya.